7 Sholat Sunnah yang Dilaksanakan Secara Berjamaah, Muslim Wajib Tahu!

by
Ilustrasi shalat berjamaah | Foto the news

Meskipun umumnya dilakukan sendirian, ada beberapa sholat sunnah yang justru lebih utama jika dilaksanakan secara **berjamaah**.

Sholat sunnah berjamaah merupakan sholat sunnah yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama. Adapun salah satu orang menjadi imam dan lainnya menjadi makmum. 

Berikut lima sholat sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan berjamaah yang penanews.xo.id dari berbagai sumber;

Sholat Sunnah yang Dilaksanakan Secara Berjamaah 

1. Sholat Tarawih

Sholat tarawih adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada bulan Ramadhan. Sholat yang dikerjakan sebanyak 11 hingga 23 rakaat itu dilaksanakan setelah melakukan sholat Isya. 

Sholat tarawih dapat dilaksanakan secara berjamaah. Sebagaimana pada hadist Abu Dzar Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, 

مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة

“Barang siapa qiyamul lail bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) qiyam satu malam (penuh).” [HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i, dan lain-lain, Hadits shahih. Lihat Al ljabat Al Bahiyyah, 7]

Hadits ini sekaligus juga memberikan anjuran, agar melakukan shalat tarawih secara berjamaah dan mengikuti imam hingga selesai.

2.Shalat Witir

Shalat Witir adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat Tarawih atau sebelum tidur. Witir dilakukan dengan jumlah rakaat ganjil, minimal satu rakaat. dan paling banyak sebelas rakaat.

Salat Witir sangat dianjurkan (sunah muakkad) yang dilakukan di bulan Ramadan atau bulan-bulan yang lain.

Salat witir berfungsi sebagai penutup salat. Pelaksanaan salat Witir dimulai setelah salat Isya sampai menjelang fajar.

Pelaksanaan salat Witir sama seperti salat biasa, tetapi umumnya dilakukan tiga rakaat dengan urutan dua rakaat dan satu rakaat, namun ada juga yang mengerjakan tugas rakaat sekaligus.

Baca Juga:  Malam Nisfu Sya’ban Hari Raya Malaikat? Ini Penjelasan KH Sholeh Darat
3. Shalat Idul Fitri

    Sholat Idul Fitri dilaksanakan setelah umat Islam melakukan ibadah puasa bulan Ramadhan. Sholat sunnah yang terdiri dari 2 rakaat ini berbeda pelaksanaanya dengan sholat sunnah pada umumnya. 

    Adapun cara pelaksanaan sholat Idul Fitri, yakni rakaat pertama takbir sebanyak 7 kali dan rakaat kedua di takbir dibaca sebanyak 5 kali. Sebelum melaksanakan sholat ini hendaknya makan dan minum. 

    5. Sholat Idul Adha

    Sholat Idul Adha merupakan sholat sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Berbeda dengan sholat Idul Fitri, sholat sunnah yang dilaksanakan sebanyak 2 rakaat ini tidak dianjurkan untuk minum dan makan sebelum sholat. 

    Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,

    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ

    “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352.Syaikh Syu’aib  Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)

    5. Sholat Istisqa

    Sholat Istisqa adalah sholat sunnah yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meminta diturunkannya hujan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Adapun sholat sunnah muakkad yang tidak didahului dengan adzan dan iqamah ini didirikan dengan jumlah 2 rakaat. 

    Selain Al-Qur’an, dalil pengerjaan salat istisqa juga dijelaskan dalam hadits Nabi SAW. Dari Abbad bin Tamim dari pamannya,

    “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah keluar bersama orang-orang untuk minta hujan. Lalu beliau shalat istisqa 2 rakaat dengan mengeraskan bacaan. Beliau merubah posisi selendangnya, dan mengangkat kedua tagannya untuk berdoa dengan menghadap kiblat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud & Tirmidzi)

    Baca Juga:  Integrasi Masjid dan Pesantren untuk Menempa Keimanan dan Keilmuan Generasi Muslim

    6. Sholat Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan

    Hukum salat gerhana matahari dan salat gerhana bulan adalah sunnah muakkadah, berdasarkan sabda Rasulullah SAW dalam hadits Aisyah RA, beliau bersabda,

    إِنَّ الشَّمْشَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ، لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوْا اللهَ وَكَبَّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

    Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan di antara tanda-tanda kekuasaaan Allah. Keduanya mengalami gerhana bukan karena kematian atau kelahiran siapapun. Jika kalian melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, salatlah, dan bersedekahlah.” (HR Bukhari)

    Sebenarnya, hukumnya tetap sah apabila melaksanakan salat gerhana sendirian. Tetapi, dianjurkan untuk dilakukan dengan berjamaah.

    Salat gerhana minimal dilakukan dua rakaat biasa, seperti halnya salat sunnah zuhur, berdasarkan riwayat hadis Qabishah Al-Hilali RA, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda,

    إِنَّ الشَّمس والقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَةِ اللهِ وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَصَلُّوا كَأَحْدَثِ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ صَلَّيْتُمُوْهَا

    Artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda kekuasaan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya mengalami gerhana bukan karena kematian atau kelahiran seseorang. Jika kalian melihat sesuatu dari hal itu, maka salatlah seperti tata cara salat fardhu yang biasa kalian lakukan.” (HR An-Nasa’i)

    Setiap rakaat dalam salat gerhana terdiri dari dua ruku’, dua berdiri, dan dua sujud. Bacaan ruku’ dan sujud dilakukan cukup lama.

    Dalilnya adalah Aisyah RA, ia berkata, “Pada masa Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana matahari. Rasulullah SAW salat bersama orang-orang. Setelah berdiri cukup lama beliau ruku’ cukup lama. Kemudian beliau berdiri lagi cukup lama, namun tidak seperti lamanya pada berdiri yang pertama. Kemudian beliau ruku’ lagi cukup lama, namun tidak seperti lamanya pada ruku’ yang pertama. Kemudian beliau sujud juga cukup lama. Pada rakaat yang kedua beliau melakukan seperti yang beliau lakukan pada rakaat yang pertama. Selanjutnya beliau beranjak, dan matahari sudah terlihat sangat terang.”

    Baca Juga:  Kemurkaan Allah pada Orang yang Ucapannya Tak Sesuai Perbuatan

    7.Salat Tasbih

    Salat Tasbih adalah salat sunah yang dilaksanakan dengan memperbanyak membaca tasbih. Salat Tasbih pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.

    Salat Tasbih dapat dilaksanakan pada malam atau siang hari. Cara melaksanakan salat Tasbih pada malam hari adalah sebanyak empat rakaat dengan dua kali salam, sedangkan pelaksanaan pada siang hari memiliki jumlah empat rakaat dengan sekali salam.

    Waktu pelaksanaan salat Tasbih agak lama dibanding salat sunah lainnya. Hal ini karena bacaan-bacaan salat Tasbih cukup panjang.

    Itulah mengapa salat Tasbih dapat dilaksanakan sesuai kemampuan diri seseorang. Ada yang melaksanakan setiap hari, sekali sepekan, sebulan sekali, setahun sekali bahkan seumur hidup satu kali melaksanakannya.

    Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol).

    Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an. Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.” (Syarhul Mumthi’, 2: 430)

    Demikianlah sholat sunnah yang dilaksanakan secara berjamaah. Semoga informasi ini dapat memberikan manfaat ya!

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *