JAKARTA — Penanews.co.id — 14 Pebruari telah berlalu yang merupakan hari memberi suara untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Masyarakat Indonesia baik yang di dalam maupun yang di luar telah menggunakan haknya sesuai hati nurani untuk memilih kandidat yang bisa menyuarakan kebutuhan masyarakat.
Masyarakat telah memilih calon presiden dan calon wakil rakyat untuk legeslatif dan DPD sesuai hati nurani pada pada Rabu (14/02/2024)
Meski begitu, banyak dari caleg yang mungkin tidak mendapatkan suara seperti yang diharapkan hingga membuatnya gagal menjadi wakil rakyat. Hal ini bisa memicu stres, depresi hingga gangguan jiwa yang kerap tidak disadari.
Melansir detikHealth, Psikiater dr Jap Mustopo Bahtiar, SpKJ, dari Mayapada Hospital menungkapkan gangguan jiwa yang kerap ditemuinya. Mulai dari sulit tidur, gangguan kecemasan, depresi, sedih, dan gangguan pola pikir.
“Gangguan pola pikir itu yang tidak bisa dilepaskan dari masa lalunya, yang dia merasa terus terbayang-terbayang. Sehingga kalau tidur jadi tegang,” katanya dalam sesi wawancara bersama detikcom Jumat (16/2/2024).
“Mungkin dari segi politik, dia merasa kecewa, merasa harapannya gagal, tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi dia sedih,” lanjut dr Jap.
Menurut dr Jap, kesulitan tidur dan perubahan perilaku menjadi salah satu diagnosis awal gangguan jiwa yang bisa dideteksi. Kondisi itu juga bisa mempengaruhi keluhan somatik atau fisik yang ternyata tidak ditemukan penyakit tertentu.
“Tidurnya jadi sedikit. Jadi dia tidur susah, terus mudah terbangun, lama-lama merembet ke keluhan somatik. Bisa juga menjadi mudah cemas, berdebar-debar, asam lambungnya naik,” jelasnya.
Bisakah berpengaruh pada jantung?
dr Jap tidak menampik kemungkinan keluhan somatik juga bisa muncul pada bagian jantung, termasuk rasa berdebar-debar. Namun, hal ini tentu membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan keterkaitannya.
“Kalau saya, kita wajib periksa fisik maupun psikis. Saya selalu periksa pasien dengan alat elektrokardiogram (EKG) untuk mendeteksi (kemungkinan gangguan jantung),” tutur dr Jap.
“Selain itu, diperiksa tekanan darah, nadi, rontgen ada pembesaran jantung atau tidak. Kalau memang tidak ada secara objektif, itu mungkin karena serangan cemas yang memang dampaknya ke jantung,” pungkasnya.
Baca juga; Pesawat tempur Israel serang Rafah, dan rumah sakit terbesar yang masih berfungsi di Gada dikepung
Baca juga; Hamas sambut baik desakan ICJ agar Israel menerapkan Keputusan Mahkamah tersebut di Rafah
Baca juga; Hj Efiaty Caleg NasDem Dapil 3, Selisih Suara Sedikit Dengan Partai Aceh
Baca juga; Liga Arab menyebut 60 organisasi Israel sebagai entitas teroris
Baca juga; Haniyeh: Kami akan menerima penghentian agresi Israel di Gaza, tapi ini syaratnya