TAIF KSA — Penamews.co.id — Menjelang Ramadhan setiap tahun di Arab Saudi, keluarga berkumpul untuk berbagi narasi leluhur tentang mengamati bulan sabit yang menandai awal bulan suci. Mereka membawa pendengar kembali ke masa yang lebih sederhana, sebelum astronomi dan elektronik mendominasi kehidupan sehari-hari.
Pada masa itu, masyarakat hanya mengandalkan mata telanjang untuk mencari bulan, dan penampakan bulan menimbulkan kegembiraan dan perayaan yang luar biasa.
Cara penyebaran berita, seperti yang diceritakan oleh para sesepuh, beragam dan tradisional, lapor Saudi Pres Agency
Di beberapa desa, suara tembakan bergema melalui lembah yang menandakan penampakan tersebut. Yang lain mengandalkan api unggun yang dinyalakan di puncak gunung, kepulan asap berfungsi sebagai pesan konfirmasi berakhirnya Sya’ban kepada masyarakat sekitar.
Ledakan meriam yang ditempatkan di dekat alun-alun desa akan menjadi konfirmasi pasti bahwa Ramadhan telah tiba.
Abdul Jaber Al-Sheikh, warga negara Saudi yang berusia hampir 100 tahun, berbagi kenangannya dengan Saudi Press Agency.
“Tradisi mencari bulan sabit Ramadhan sudah mendarah daging dalam ingatan nenek moyang kita dan diturunkan dari generasi ke generasi,” ujarnya.
“Saat masih anak-anak, keingintahuan kami mendorong kami untuk bergabung dengan kakek-nenek kami yang menceritakan kisah penampakan bulan, lanjut jaber
Setiap tahun, sebelum matahari terbenam, kami berkumpul dalam suasana damai di puncak pegunungan desa atau di dataran luas, tambahnya
Bersama-sama, kami sangat menantikan kemunculan bulan. bulan, menyaksikan terbenamnya matahari, memerahnya senja, dan menjelang senja. Perubahan warna dan pemandangan indah ini memikat kami, ungkap jaber
Kami kemudian akan berbagi narasi ini dengan ibu kami di rumah.” Menurut jaber, para leluhur, “dengan pengetahuannya yang luas”, mewariskan tradisi melihat bulan dengan mata telanjang, sebuah praktik yang mendahului teknik observasi modern.
“Kami bahkan menyaksikan beberapa penduduk desa dengan penglihatan yang luar biasa, sebuah bakat yang langka. Ketika bulan sabit akhirnya terlihat, gelombang kegembiraan akan melanda semua orang, kata jaber
Wajah-wajah akan berseri-seri saat kita menyambut bulan penuh berkah ini dengan semangat persatuan dan cinta, salam dan harapan hangat yang dipertukarkan di antara orang-orang terkasih.”lanjut jaber
Astronom Mohammed Al-Thaqafi menjelaskan evolusi penampakan bulan. Setiap tahun, pada tanggal 29 Sya’ban, observatorium astronomi terpercaya di seluruh Arab Saudi mulai mencari bulan sabit yang menandai awal Ramadhan.
Lewatlah sudah hari-hari ketika orang hanya mengandalkan mata telanjang. Saat ini, peralatan khusus seperti teleskop, kamera elektronik, dan teropong telah meningkatkan akurasi dan efisiensi metode pengamatan dan konfirmasi secara signifikan.[]
Baca juga; Calon DPD RI Aceh kompak laporkan dugaan penggelembungan suara di Pidie
Baca juga; KAI buka pemesanan tiket 24 KA tambahan Lebaran 2024 tahap kedua
Baca juga; Verstappen juara GP Arab Saudi, Bearman raih poin untuk Ferrari
Baca juga; 19 Mahasiswa USK ikut Mobilisasi Mahasiswa International di Ipoh Malaysia
Baca juga; Diterjang Gelombang Tinggi, Kapal Tenggelam di Perairan Labuan Bajo