KOTA JANTHO — Penanews.co.id — Hari ini (Jum’at 03 Mei 2024) genap 40 tahun usia ibukota Kabupaten Aceh Besar yaitu ; Kota Janto.
Tentunya, hari ini, Eksekutif (Pemerintah Kabupaten dan Aparaturnya), Rakyatnya (diwakili wakilnya yakni Legislatif) dan komponen masyarakat lainnya, dengan suka cita memperingati ulang tahun ibukota tercinta “Kota Jantho” dalam suatu upacara pastinya di Kota Jantho.
Direktur Lembaga Emerate Development Research (EDR), DR.Usman Lamreung ketika ditanya penanews.co.id tentang ibukota Aceh Besar yang tahun ini berusia 40 tahun atau sudah 40 tahun berpisah dari Kota Banda Aceh, menyebutkan, Kota Jantho itu sudah dewasa, tidak lagi remaja. “Namun sayang, Kota Janto masih saja tetap belum bangun dan masih bermimpi, sekali lagi, masih tidur dan bermimpi.”sebut putra Lamreung ini.
Civitas Akademika salah satu PT ternama di Aceh ini mengatakan, masih dalam ingatan dan pemikiran dengan harapan-harapan indah agar Kota Janto benar-benar menjadi Ibu Kota Kabupaten, yang didengungkan para tokoh pengagas ibukota Kabupaten tersebut, 40 tahun yang lalu.
“Silih berganti kepemimpinan, cukup banyak sudah gagasan dan harapan, namun sayang, visi gagasan dan harapan yang digagas melalui janji politik belum juga mampu menata Kota Janto menjadi ibukota kabupaten, masih terasa sepi, senyap tak bergeliat lazimnya kota ibukota.”sebut Pengamat Politik dan Kebijakan Publik ini.
Doktor Ilmu Politik lulusan UGM Yogyakarta ini kepada penanews.co.id dengan nada bertanya menyebutkan, mengapa Kota Janto Ibukota Kabupaten hingga hari ini kembali berulang tahun masih saja mandek dalam penataan, senyap dan tak bergairah? “Biarpun silih berganti kepemimpinan, semangat menghidupkan Kota Janto hanya bersemangat diawal pemerintahan? Meredup dipertengahan sampai akhir kepemimpinan kekuasaan. Apakah memang tidak serius Janto benar-benar diurus menjadi kota ibukota lazimnya ibukota kabupaten lainnya?”sebut Usman Lamreung.
Direktur Lambaga EDR ini juga mengatakan, cukup banyak program pembangunan dicetuskan, termasuk menghadirkan lembaga pendidikan, perawisata dan lainnya, namun upaya tersebut belum berbanding lurus dengan rencana yang dirumuskan oleh para penguasa. “Malah banyak sarana dan prasarana seperti peninggalan PORA belum terawat dan pemeliharaan dengan baik, dan event cabang olahragapun sudah banyak digelar namun Kota Janto masih saja belum beranjak mejadi kota yang bergeliat.”sebutnya.
“Apakah ini sisi lemahnya kepemimpinan atau tidak konsistennya dalam menjalankan komitmen untuk menata kota Janto menjadi ibukota ?”sambungnya bertanya
Usman Lamreung juga menyebutkan, sarana lainnya seperti pendopo nan megah, fasilitas memadai, juga belum maksimal fungsional dengan baik. Ini terbukti silih berganti kepemipinan bersemangat menempati masih belum konsisten.”terangnya.
“Pj Bupati sekarang harus juga konsisten untuk tinggal di pendopo di Kota Janto. Segala macam pertemuan dipusatkan di Kota Janto. Malah perlu juga dibangun komunikasi dengan pemerintah Aceh segala bentuk pelatihan dan pendidikan ASN disarankan dibuat di Janto, dengan demikian Janto akan berkembang dan bergeliat ekonominya, bukan semakin senyap.”harapnya selaku putra Aceh Besar.
DR.Usman Lamreung juga berharap, Pemerintah Aceh Besar dan lintas sektor harus punya visi dan komitment bersama untuk membangun kota Janto benar-benar menjadi kota ibukota. “Komitmen tidak hanya pada Pj Bupati saja tapi semua lintas sektor harus berbanding lurus dengan realita.”terangnya.
“Kita berharap pada calon Bupati punya visi gagasan membangun kota Janto menjadi kota pendidikan. Pengembangan kota Janto menjadi kota pendiidkan harus dibangun dengan konsep keberlanjutan, dimulai dengan kota Janto menjadi pusat pelatihan dan pendidikan, dibangun kerjasama dengan kampus pengembangan riset dan penelitian. Bila ini konsisten dan didukung oleh semua lintas sektor pemerintahan, Kota Janto pasti berkembang seperti kota kota lainnya.”pungkas DR.Usman Lamreung. (chliss)