BANDA ACEH — Penanews.co.id — Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Aceh, Safuadi, menilai indrustri tembakau di Aceh berpotensi merajai industri rokok dan mendongkrak perekonomian di Provinsi ijung barat Sumatera itu.
“Hasil alam dan komoditi Aceh sangat istimewa. Namun produk Aceh belum terkenal dunia. Aceh harus berkarya sesuai potensinya,” kata Safuadi di aula Kemenkeu Gedung D, Banda Aceh, Rabu (8/5/2024).
Aceh punya 2.000 hektare lahan yang bisa digunakan untuk ditanami tembakau. Artinya Aceh mempunyai hulu mengembangkan sektor perekonomian lewat tembakau, sebut Safuadi.
Safuadi menjelaskan hilirisasi tembakau di Aceh seharusnya bisa dibuat produk turunan, seperti parfum, antiseptik, lulur dan banyak produk lainnya termasuk industri rokok.
Industri rokok menurutnya, sangat potensial dan bisa menyerap banyak tenaga kerja di Aceh, terlebih penikmat rokok Aceh banyak terdapat di Jawa Barat dan Lampung.
“Potensi besar ini harus dipikirkan bersama. Pengangguran terbuka di Aceh bisa ditekan jika industri ini berkembang,” sebut dia.
Meskipun memiliki potensi besar, kata Safuasi, industri rokok Aceh masih terkendala oleh beberapa faktor, walaupun industri pengolahannya sudah ada di Bener Meriah dan Takengon.
“Industrinya sudah bagus, tapi pakingnya belum bagus dan kurang menarik. Masalahnya ada di mesin pengemasan dan kemampuan bersaing. Jika kemasannya sudah bagus, produk akan lebih diminati,” ujarnya melanjutkan.
Safuadi juga menyinggung masalah permodalan dan laporan keuangan yang masih lemah di kalangan industri rokok Aceh.
Sejauh ini terdapat pabrik dan ketersediaan bahan baku yang berlebihan, tapi pabrik rokok Aceh masih kecil, hanya tujuh pabrik, karena kurang modal.
“Mereka perlu masuk ke perbankan dan meminta kredit. Mereka juga perlu membuat laporan keuangan dengan akuntan publik dan laporan keuangan yang terstruktur baik,” ujarnya.
Oleh sebab itu kata Safuadi, sejumlah pihak terkait perlu didorong agar industri rokok Aceh naik level dan mendapatkan kredit untuk meningkatkan produksinya. []