BANDA ACEH – Universitas Syiah Kuala (USK) menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Workshop Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) 2024. Acara yang digelar pada Selasa (5/11/2024) ini dibuka secara resmi oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) USK.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua KOBI Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc mengungkapkan bahwa pada 22 September 2024 lalu, KOBI telah genap berusia 13 tahun. Selama periode tersebut, KOBI telah memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan dan pelestarian biodiversitas di Indonesia.
Prof. Budi Setiadi menambahkan, salah satu kontribusi penting KOBI yang saat ini digunakan oleh BAPPENAS adalah Indeks Biodiversitas Indonesia (IBI), yang berhasil disusun oleh KOBI. Selain itu, banyak anggota KOBI yang terlibat aktif dalam berbagai organisasi non-pemerintah (NGO), khususnya dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
“Bahkan ada sebagian anggota KOBI sekarang menggagas kelestarian dan keanekaragaman hayati di daerah-daerah terluar, tertinggal, dan termiskin,” ucapnya.
Pj Walikota Banda Aceh Ade Surya, S.T., M.E mengatakan, peran KOBI sebagai akademisi sangatlah penting dalam mendukung pemerintah dalam menyusun kebijakannya. Apalagi salah satu isu pembangunan yang harus menjadi perhatian bersama adalah, persoalan pemanfaatan lahan atau hutan dan kaitannya terhadap keberlanjutan. Persoalan ini terus menjadi perdebatan baik dari kalangan pemerhati lingkungan maupun pemerintah.
Di satu sisi, kata dia, dibutuhkan sumber daya yang berkelanjutan. Di sisi lain, diperlukan lahan untuk investasi, baik untuk pertanian atau perkebunan, “Ini harus kita diskusikan secara detail, bagaimana pemanfaatan lahan dengan tetap mempertahankan keberlanjutan ekosistem, biodiversitas, tumbuhan untuk masa depan,” ucapnya.
Rektor menyampaikan terima kasih kepada KOBI yang telah mempercayakan USK untuk menjadi tuan rumah pada Rakernas ini.
Rektor mengatakan, biodiversitas dan keberlanjutan adalah isu penting yang sangat relevan dengan disiplin ilmu biologi. Apalagi Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayatinya. Termasuk pula Aceh, dengan hutan leuser-nya yang masih terjaga serta memiliki empat satwa terlindungi di dalamnya yaitu gajah, harimau, orang utan, dan badak.
Selain itu, ada beberapa sektor yang selama ini patut menjadi perhatian bersama terhadap kelestariannya. Seperti kawasan perairan, hutan mangrove, rawa gambut, ketahanan pangan dan lainnya.
Oleh sebab itu, riset dan kolaborasi sangatlah penting untuk memastikan semua isu tersebut terjamin keberlanjutannya. Atau selama ini dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
“Jadi kami berharap, apapun yang kita lakukan hari ini bisa berdampak, memberikan keberlanjutan bagi kita semua. Konservasi maupun ketahanan pangan, itu semua menjadi tujuan global yang dirangkum dalam SDGs,” ucap Rektor.[]