JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengumumkan bahwa program cek kesehatan gratis akan dimulai pada Senin, 10 Februari 2025, di seluruh Puskesmas dan klinik kesehatan di Indonesia.
![](https://penanews.co.id/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-11-at-19.31.14.jpeg)
Program ini digadang-gadang sebagai yang terbesar yang pernah diluncurkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dengan target menjangkau 280 juta warga Indonesia.
“Tanggal 10 Februari ini sudah bisa jalan di Puskesmas dan juga klinik-klinik,” kata Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/2).
![](https://penanews.co.id/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-09-at-18.52.48.jpeg)
Menkes menegaskan bahwa program ini akan melampaui skala program vaksinasi COVID-19 yang menyasar 180 juta orang dan program imunisasi yang menjangkau 70 juta jiwa.
Budi Gunadi memperkirakan, pada tahap awal peluncuran, program ini akan diminati oleh sekitar 50 hingga 60 juta warga.
![](https://penanews.co.id/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-08-at-22.33.22.jpeg)
“Masyarakat seluruhnya mulai dari Lahir sampai lansia, itu kita layani. Mungkin enggak langsung 280 juta, tahun pertama kalau saya dapet 50 juta, 60 juta aja udah senang. Tapi kan kita harapkan ini makin lama makin naik terus,” kata dia.
Akses Berdasarkan Ulang Tahun dan Masuk Sekolah
Budi menjelaskan bahwa warga dapat mengakses program ini pada hari ulang tahun mereka masing-masing. Pemerintah telah menyiapkan 10 ribu Puskesmas dan 15 ribu klinik untuk menjalankan program ini.
Namun, bagi anak usia sekolah, pemeriksaan kesehatan akan dilakukan saat mereka memasuki tahun ajaran baru, bukan pada hari ulang tahun.
![](https://penanews.co.id/wp-content/uploads/2024/11/WhatsApp-Image-2024-11-24-at-12.30.26.jpeg)
“Nah khusus yang usia sekolah, itu dilakukannya bukan pada saat ulang tahun, tapi pada saat masuk sekolah. Pada saat masuk sekolah dilakukannya di sana. Kenapa? Supaya enggak penuh Puskesmas,” kata dia.
Fokus pada Screening, Bukan Diagnosa
Menkes menekankan bahwa program ini hanya mencakup tahap screening kesehatan, belum sampai pada tahap diagnosa atau pengobatan.
“Yang dilakukan sekarang itu adalah screening, bukan diagnosa. Untuk jadi diagnosa itu kita bilang sebaiknya udah BPJS. Supaya nanti bisa di cover dengan perawatan BPJS,” kata dia.
Ia mencontohkan, jika hasil screening menunjukkan kadar gula darah di atas 200, maka pasien perlu dirujuk ke dokter untuk diagnosa lebih lanjut dan mendapatkan pengobatan.
“Sama kayak [periksa] darah gitu kan, darah di screening. Apa, misalnya gula darahnya di atas 200. Itu mesti didiagnosa. Kenapa sih gula darahnya tinggi? Ini kan perlu dokter. Habis itu dikasih obat. Itu tahapan berikutnya. Yang kita lakukan ini adalah benar-benar screening di awal,” tambahnya.[]
Sumber CNN Indonesia
![](https://penanews.co.id/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-10-at-16.25.42.jpeg)
![Redaksi](https://penanews.co.id/wp-content/uploads/2024/07/cropped-IMG-20240202-WA0023-removebg-preview-100x100.jpg)