BANDA ACEH — Setiap tahun, ribuan narapidana di penjara Amerika Serikat (AS) memeluk Islam selama masa menjalani hukuman, menjadikannya agama Islam dengan pertumbuhan tercepat di AS.
Fenomena ini diungkap dalam tayangan CBS Morning berjudul “The State of Spirituality with Lisa Ling”, yang menyoroti peran organisasi keagamaan dalam memenuhi kebutuhan spiritual para tahanan.
Direktur Pendiri Tayba Foundation Rami Nsour, —lembaga yang menyediakan pembelajaran Islam jarak jauh untuk narapidana—mengatakan kotak surat organisasinya kerap dipenuhi permintaan bimbingan spiritual dari para penghuni penjara.
Nsour lantas mengembangkan organisasinya untuk mengisi kesenjangan dan kebutuhan para tahanan AS itu.
“Ketika kami mulai sekitar 15 tahun lalu, itulah kebutuhan utama yang kami dengar dari para tahanan muslim,” kata Nsour beberapa waktu lalu dikutip dari CBS News.
Berdiri sejak 2008, Tayba Foundation telah melayani lebih dari 13.000 narapidana di seluruh AS.
Nsour memperkirakan 90% penerima manfaatnya adalah mualaf, dengan sebagian besar memutuskan masuk Islam ketika berada di penjara
Laporan CBS menyoroti minimnya akses program rehabilitasi berbasis agama di penjara AS, yang membuat organisasi seperti Tayba menjadi andalan. Melalui kurikulum yang mencakup studi Al-Qur’an, etika, dan pelatihan hidup, lembaga ini bertujuan memutus siklus kekerasan dan rekidivisme.
Banyak orang yang masuk Islam saat di penjara diyakini karena ada begitu banyak kurungan fisik dan spiritual dan orang-orang menemukan kebebasan spiritualnya dalam agama tersebut.
“Mereka melihat bahwa tembok-tembok itu tidak dapat lagi membatasi mereka,” jelas Nsour sembari mencontohkan kewajiban salat lima waktu yang harus dijalani muslim dalam kondisi apa pun.
Kisah Amin Anderson, Napi Pembunuhan
Kebebasan spiritual ini diakui Muhammad Amin Anderson. Tahanan kasus pembunuhan terkait geng itu memutuskan masuk Islam sekitar dua tahun setelah menjalani hukuman 30 tahun penjara.
“Ketika saya masuk penjara, saya tidak punya rasa kemanusiaan… tetapi setelah masuk penjara, saya mendapatkan kembali kemanusiaan saya,” katanya sambil memuji Islam telah membantunya mendapatkan kembali kemanusiannya yang telah lama hilang itu.
Pria dengan nama lahir Christopher Anderson itu adalah putra seorang pendeta sebelum akhirnya memilih jalan kriminal dan kecanduan narkoba. Di usianya yang masih 20-an, Anderson terlibat pembunuhan geng. Setelah masuk sel, ia mulai merenungkan kehidupan, keyakinan, dan spiritualitasnya
Anderson mempelajari banyak agama selama bertahun-tahun di balik jeruji. “Islam adalah satu-satunya agama yang masuk akal bagi saya,” katanya.
Bagi Anderson, Islam telah banyak mengubah hidupnya. Setelah menjalani hukuman penuh dan bebas bersyarat, Anderson mengabdikan diri di Yayasan Tayba. Ia merasa Tuhan memberinya kesempatan kedua.
“Saya percaya Tuhan memberi saya kesempatan kedua untuk datang ke sini dan melayani umat manusia. Karena nyawa orang yang saya renggut, dia tidak punya kesempatan kedua. Jadi, saya rasa saya berutang padanya. Saya berutang pada keluarganya. Saya berutang pada anak-anaknya untuk melakukan sesuatu dengan hidup saya,” jelasnya.
Populasi Muslim di Amerika
Survei Pew Research Center memprediksi populasi muslim di AS akan meningkat dua kali lipat dan menyentuh 8,1 juta jiwa pada 2050. Pada 2040, penduduk Islam di AS disebut bisa menggeser populasi Yahudi setelah Kristen yang menempati posisi teratas.
“Pada 2050, populasi muslim AS diperkirakan akan mencapai 8,1 juta jiwa atau 2,1 persen dari total populasi negara tersebut–hampir dua kali lipat dibandingkan saat ini,” tulis Pew Research Center dalam riset The Future of World Religions: Population Growth Projection 2010-2050 itu.
Saat ini, Islam menjadi agama terbesar ketiga di AS setelah Kristen dan agama Yahudi. Menurut catatan pemberitaan detikHikmah, Islam masuk ke wilayah tersebut pada awal abad ke-14. Imigran muslim yang pertama kali tiba kala itu berasal dari bangsa Moor keturunan Arab dan Berber dari wilayah barat laut Afrika.
Sumber detikHikmah
