Memprihatinkan, Makam Permaisuri Sultan Iskandar Muda di Pidie Tak Terurus

by
Makam isteri (permaisuri) Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) yang terletak di Gampong Runtoh, Kemukiman Reubee, Kecamatan Delima, Pidie, tampak tak terurus alias terlentar. | Foto Serambinews.com

BANDA ACEH — Penanews.co.id — Makam permaisuri (istri) Sultan Iskandar Muda (1607–1636 M), yang berada di Gampong Runtoh, Kemukiman Reubee, Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, kini tampak dalam kondisi memprihatinkan. Situs bersejarah itu terlihat tak terurus, tanpa perhatian yang memadai dari pihak terkait.

Pada Selasa sore (2/9/2025), tiga tokoh pemerhati sejarah Aceh—budayawan Tarmizi A Hamid (Cek Midi), arkeolog dari Universitas Syiah Kuala (USK), dan dosen UIN Ar-Raniry Hasan Basri M. Nur PhD—secara khusus mengunjungi lokasi mkam tersebut

Ketiganya melakukan observasi di sekitar makam dan menggali informasi dari warga sekitar terkait makam dan perawatannya.

“Kami melihat secara nyata bahwa “Kesan yang kami tangkap, makam permaisuri dari Sultan Iskandar Muda tersebut tak terurus atau terbengkalai,” ujar Tarmizi A Hamid alias Cek Midi kepada media ini, Rabu (3/9).

Menurut pengamatannya, bagian badan makam mengalami kerusakan dengan batu nisan yang telah terputus lalu disambung menggunakan semen. Kepala batu nisan bahkan sudah tidak ada lagi.

Selain itu, pagar di sekitar makam mulai ambruk dan tak ada petunjuk informasi kecuali sebuah papan pengumuman yang menyatakan bahwa situs ini merupakan benda cagar budaya.

“Sementara kepala batu nisam tidak ada lagi. Pagar mulai roboh. Tak ada papan petunjuk selain papan pengumuman bahwa itu adalah benda cagar budaya,” katanya.

“Semua kita sekarang ngaku sebagai cucu Sultan Iskandar Muda. Tapi pada makam permaisuri Sang Sultan taka da yang peduli. Tem soh semua,” ujar Cek Midi.

Di sekitar lokasi makam tak ada tempat istirahat bagi pengunjung. Adapun sumur adalah sedekah dari seorang pengunjung.

“Sumur ini yang ada di dekat makam adalah sumbangan dari seorang pengunjung yang prihatin melihat tak ada sumber air bersih di situ,” ungkap Ramadhan alias Rama (37), pengusaha kerupuk kulit di desa setempat.

Menurut Rama, tak ada yang peduli pada kondisi makam. Tak ada upacara apapun di sana.

“Saya yang rutin melaksanakan kenduri setiap tahun pada jeurat itu agar warga mengetahui betapa pentingnya makam ini,” katanya.

“Pengunjung dari luar Pidie sering berkunjung kemari. Ada dari Aceh Timur, Aceh Barat dan lain-lain,” lanjut Rama.

Prof Husaini mengaku prihatin atas kurangnya perhatian dari Pemda Aceh dan Pidie.

“Ini adalah makam permaisuri dari Sultan Besar Aceh. Tak pantas mendapat perlakuan seperti ini,” katanya.

Dari beberapa referensi disebutkan, permaisuri tersebut adalah putri dari Teungku Syik di Reubee. Teungku Syik di Reubee adalah bangsawan, selain ulama besar.

Menurut tokoh adat Aceh, Nurdin AR, nama permaisuri tersebut adalah Puteri Sendi Ratna Setia. Namun, penduduk setempat menyebutnya sebagai Putroe Sani. Sani maksudnya adalah Sendi. []

Sumber serambinews.com

ya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *