DOHA QATAR — Penanews.co.id — Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak setelah militer Israel mengklaim telah melancarkan serangan presisi terhadap pimpinan senior Hamas di ibu kota Qatar, Doha, pada hari Selasa (09/09/2025). Serangan yang dinamai ‘Operasi Puncak Api’ ini memicu ledakan di Distrik Katara dan mengundang perhatian dunia internasional, mengingat lokasi serangan berada jauh dari zona konflik utama.
Mengutip Turkiye Today, Militer Israel mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah melancarkan “serangan tepat sasaran” yang menyasar pimpinan senior Hamas di ibu kota Qatar, tempat ledakan terdengar dan asap terlihat mengepul di Distrik Katara di kota itu.
Tentara Israel dan badan keamanan Shin Bet mengonfirmasi operasi gabungan yang dijuluki “Operasi Puncak Api”, dengan mengatakan bahwa operasi tersebut menargetkan “kepemimpinan senior Hamas” termasuk Khalil al-Hayya, kepala kelompok itu di Gaza, dan Zaher Jabareen.
“Tindakan hari ini terhadap para pemimpin teroris Hamas adalah operasi Israel yang sepenuhnya independen. Israel yang memulainya, Israel yang melaksanakannya, dan Israel bertanggung jawab penuh,” demikian pernyataan Kantor Perdana Menteri Israel pada tanggal X.
Sumber-sumber mengatakan kepada Al-Arabiya TV dan Reuters bahwa delegasi negosiasi Hamas selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Para pemimpin Hamas dilaporkan sedang bertemu untuk membahas proposal gencatan senjata baru dari AS ketika serangan itu terjadi.
Militer Israel mengatakan para pemimpin yang menjadi sasaran “bertanggung jawab langsung atas pelaksanaan pembantaian 7 Oktober dan pengelolaan perang melawan Negara Israel.” Kedutaan Besar AS di Doha memerintahkan warga negara Amerika untuk berlindung di tempat.
Gedung Putih Telah Mengingatkan Qatar
Gedung Putih mengatakan pada hari Selasa bahwa Presiden Donald Trump mengarahkan utusan Timur Tengahnya untuk memberi tahu Qatar tentang serangan Israel yang akan terjadi, tetapi Qatar membantah jadwal tersebut, dan mengatakan peringatan AS datang hanya setelah serangan telah dimulai.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada wartawan bahwa Trump “segera memerintahkan Utusan Khusus Steve Witkoff untuk memberi tahu Qatar tentang serangan yang akan datang, dan ia pun melakukannya.” Ia mengatakan Trump kemudian berbicara dengan para pemimpin kedua negara setelah serangan tersebut.

Qatar membantah menerima peringatan sebelumnya
Pernyataan tersebut memicu kontroversi tajam dari Doha. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan di X bahwa “pernyataan yang beredar bahwa Qatar telah diberitahu sebelumnya tentang serangan tersebut adalah salah.”
“Panggilan telepon yang diterima dari seorang pejabat Amerika datang ketika ledakan terdengar akibat serangan Israel di Doha,” tulis al-Ansari, yang menyiratkan bahwa pemberitahuan tersebut terjadi bersamaan dengan atau setelah serangan, bukan sebelumnya.[]





