Viral.. Diaspora Indonesia di Sydney Ungkap Gibran Tidak Lulus di UTS, Dosen IPB: Berarti Suketnya Bodong

by
Diaspora Indonesia di Sydney ungkap Gibran tidak lulus di UTS Insearch. | fajar.co.id

Yah, namanya juga rakyat jelata. Tentu beda perlakuan dengan Anak Presiden

BANDA ACEH — Penanews.co.id — Sebuah podcast tengah ramai diperbincangkan publik setelah menampilkan wawancara dengan Ihsan, seorang pria paruh baya yang merupakan diaspora Indonesia di Sydney, Australia.

Dalam obrolan tersebut, Ihsan membagikan pengalamannya ketika diminta oleh pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) untuk mendampingi Gibran Rakabuming, Selvi Ananda, dan putra mereka, Jan Ethes, selama kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Sydney pada tahun 2017.

Ihsan mengatakan bahwa ia mengantar rombongan tersebut menggunakan mobil pribadinya, dan atas permintaan Gibran, mereka sempat singgah ke UTS Insearch. Dalam perjalanan itu, Gibran disebut sempat bercerita bahwa dirinya pernah menempuh pendidikan di institusi tersebut, namun hanya selama enam bulan dan tidak sampai selesai.

Pernyataan yang disampaikan Ihsan ini ikut menarik perhatian publik karena berkaitan dengan isu pendidikan Gibran yang sebelumnya juga disorot oleh dosen IPB, Meilanie Buitenzorgy, yang sempat viral karena mempertanyakan keabsahan ijazah Gibran.

“Wow! Ini benar-benar wow! Padahal dalam dokumen publik resmi di KPU maupun Kemensetneg, Gibran klaim menjalani pendidikan di UTS Insearch selama 3 tahun,” tulis Meilanie, dikutip dari akun media sosialnya, Sabtu (27/9/2025).

“Kalau orang-orang seperti saya hanya bisa menganalisis dengan berbekal berbagai informasi yang tersedia di domain publik, Pak Ihsan ini statusnya SAKSI MAHKOTA,” sambungnya.

Meilanie mengaku baru saja di status kemarin dia bertanya-tanya, kenapa terkait riwayat pendidikan di UTS Insearch, yang dipamerkan Gibran ke publik hanya Surat Keterangan Penyetaraan keluaran Ditjen Dikdasmen saja? Sertifikat keluaran UTS Insearch-nya sendiri mana Bran?

“Lalu…. BOOM! Muncul video kesaksian Pak Ihsan ini…,” tambahnya.

Kalau kesaksian Ihsan ini benar adanya, lanjut Meilanie, artinya Gibran tidak punya Sertifikat UTS Insearch. Artinya, Surat Keterangan Penyetaraan UTS Insearch yang dikeluarkan Ditjen Dikdasmen adalah Suket BODONG!

“Selama ini kita berdebat apakah program UTS Insearch itu betul setara SMA. Jadi antiklimaks KALAU ternyata sertifikat UTS Insearch-nya sendiri malah tidak dimiliki Gibran,” ujar Meilanie.

Jika ini benar, maka ini adalah skandal penipuan besar yang melibatkan institusi negara.

Jalan satu-satunya, kata dia, Gibran dan Kementerian Dikdasmen HARUS menunjukkan Sertifikat kelulusan program UTS Insearch milik Gibran kepada publik, lalu Publik bisa meminta klarifikasi pihak UTS apakah sertifikat/ijazah tersebut betul-betul dikeluarkan oleh pihak UTS.

Dokumen kedua yang harus ditunjukkan Gibran dan Kementerian Dikdasmen ke publik adalah seluruh halaman paspor selama Gibran studi di Australia. Ini salah satu persyaratan wajib yang harus diserahkan oleh seluruh WNI yang mengajukan penyetaraan pendidikan Luar Negeri.

“Saya sendiri dua kali menjalani pengajuan penyetaraan pendidikan LN untuk ijazah S2 saya dari Wageningen University (Belanda) dan ijazah S3 saya dari University of Sydney (Australia),” beber Meilanie.

Paspor semua halaman adalah berkas yang diminta Kementerian Pendidikan untuk menelisik apakah betul-betul berada di Negara penerbit ijazah selama durasi program pendidikan yang diikuti.

“Ya, bagi rakyat jelata seperti saya, proses penyetaraan ijazah LN sangatlah ribet dan berliku-liku. Padahal kita jungkir balik menjalani kuliah di Universitas-universitas terbaik dunia, bukan kuliah di kampus abal-abal yang rankingnya bahkan jauh di bawah ranking PTN Indonesia. Tak sedikit putra-putri terbaik bangsa lulusan kampus top dunia macam Harvard, MIT, Oxford akhirnya memilih berkarier di LN karena tak sudi menjalani proses “humiliasi” penyetaraan ijazah oleh Kementerian Pendidikan RI. “Kita diperlakukan seperti maling ijazah, lulusan kampus abal-abal. Sorry yeee. Mendingan kabur aja!” kesalnya.

“Yah, namanya juga rakyat jelata. Tentu beda perlakuan dengan Anak Presiden,” tutup Meilanie.[]

Sumber Fajar.co.id

ya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *