KETAHANAN adalah kemampuan manusia untuk kembali berdiri setelah kehidupan mengalami keterpurukan paling dalam. Ini bukanlah bakat langka yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu, melainkan kemampuan yang bisa dilatih dan diperkuat oleh siapa pun. Latihan ini penting, karena cepat atau lambat setiap orang akan menghadapi ujian hidup , bisa dalam bentuk kehilangan harta benda atau suami, purus cinta, PHJ, atau jatuh sakit.
Di momen-momen ketika seolah dunia runtuh di bawah kaki kita, ada sebagian orang yang mampu tidak hanya pulih, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat. Dan rahasianya bukan pada keberuntungan atau faktor genetik, melainkan hasil dari proses membangun ketangguhan itu sendiri.. Dan tidak, mereka tidak dilahirkan dengan gen khusus. Ketahanan dibangun.
Mengutip psychologisport.com, beberapa studi menunjukkan bahwa ketahanan lebih didasarkan pada kebiasaan dan sikap daripada sifat kepribadian. Dengan kata lain, tidak masalah apakah Anda sensitif, introvert, atau berkemauan keras: yang membedakan adalah bagaimana Anda mengelola sumber daya emosional Anda ketika keadaan menjadi buruk.
Namun, bagaimana Anda dapat membangun ketahanan di masa kini? Berikut beberapa kiat untuk membantu.
1. Membina hubungan interpersonal
Studi menunjukkan dengan jelas: memiliki jaringan pendukung yang kuat secara signifikan mengurangi dampak stres. Ketahanan bukanlah pencapaian ” kekuatan batin ” yang berdiri sendiri, melainkan jalinan bersama. Orang-orang dengan ikatan kepercayaan pulih lebih cepat dari trauma karena seseorang yang mendengarkan atau mendukung mereka bertindak sebagai penyangga emosional. Bahkan ucapan sederhana “Apa kabar?” di hari yang buruk dapat membuat perbedaan fisiologis pada kadar kortisol Anda.
Dan setiap hari, kita tahu ini tanpa perlu statistik: sore hari bersama teman bisa lebih melegakan daripada berjam-jam pikiran yang berulang. Menjadi tangguh bukan berarti menanggung semuanya sendirian, melainkan berani membiarkan diri ditopang. Lagipula, berbagi beban membuatnya lebih mudah ditanggung. Atau seperti pepatah Afrika kuno: “Jika ingin cepat, pergilah sendiri; jika ingin pergi jauh, pergilah bersama-sama .”
2. Hindari menganggap krisis sebagai masalah yang tidak dapat diatasi
Orang-orang yang tangguh tidak menyamakan “sekarang” dengan “selalu”. Kemampuan untuk memproyeksikan diri melampaui masa kini ini mencegah mereka terjebak dalam keputusasaan. Dalam psikologi, kita berbicara tentang pembingkaian ulang kognitif: melihat masalah yang sama dari sudut pandang yang berbeda. Kesulitan tidak hilang, tetapi mengubah cara kita menghadapinya. Apa yang tampak seperti tembok yang tak teratasi kemarin, kini dapat dilihat hanya sebagai rintangan lain yang menghalangi.
Bayangkan kehilangan pekerjaan. Anda bisa melihatnya sebagai akhir dari stabilitas Anda, atau sebagai kesempatan (yang sulit dan tak diinginkan, ya) untuk menemukan jati diri baru. Perbedaan pandangan itu tidak menghapus tagihan yang belum terbayar, tetapi dapat meningkatkan suasana hati Anda saat menghadapi masalah. Ini bukan optimisme naif, melainkan strategi bertahan hidup. Mengetahui bahwa rasa sakit itu hanya sementara mencegah Anda tenggelam dalam badai: Anda masih basah kuyup, tetapi dengan payung di tangan.
3. Terimalah bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan
Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Kendala yang paling tak terduga pun muncul, bahkan ketika kita telah merencanakan segalanya hingga detail terkecil. Ketahanan terbentuk ketika kita berhenti melawan hal yang tak terelakkan dan belajar beradaptasi. Menerima perubahan bukan berarti pasrah, melainkan menyadari kenyataan dan memutuskan bagaimana meresponsnya dengan cerdas dan fleksibel.
Dalam praktiknya, merangkul perubahan berarti berhenti membuang-buang waktu dan energi untuk mengeluh tanpa henti. Mungkin proyek Anda dibatalkan atau hubungan Anda berakhir. Mengakui situasi dan mencari jalan baru tidak hanya mengurangi stres tetapi juga memungkinkan kita untuk mendapatkan kembali kendali. Beradaptasi adalah tindakan keberanian, dan ketahanan diperkuat oleh tindakan sadar ini.
4. Berjalan menuju tujuan Anda
Memiliki tujuan yang jelas dan bergerak menuju tujuan tersebut, bahkan dalam langkah-langkah kecil, merupakan kekuatan pendorong ketahanan. Psikologi pencapaian menunjukkan bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, memperkuat rasa kendali dan kompetensi. Sebaliknya, tidak bertindak dalam menghadapi masalah justru menimbulkan ketidakberdayaan; tindakan, sekecil atau terbatas sekalipun, membangun kepercayaan diri.
Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa sesederhana menulis email yang tertunda, meminta bantuan, atau mempraktikkan kebiasaan sehat. Setiap langkah maju menciptakan momentum . Ketahanan tidak diukur dari prestasi-prestasi hebat, melainkan dari kegigihan mereka yang menolak untuk menyerah dalam menghadapi kesulitan.
5. Bersikap proaktif, putuskan
Menyesali apa yang telah terjadi hanya akan menambah ketidaknyamanan. Orang yang tangguh akan mengambil keputusan, meskipun tidak sempurna atau diwarnai ketidakpastian, alih-alih menunggu masalah terselesaikan dengan sendirinya. Tindakan sadar menciptakan rasa memiliki, yang penting untuk menghindari perasaan menjadi korban kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari, bersikap proaktif bisa berarti menghubungi kontak penting, memulai proyek yang tertunda, atau menetapkan batasan dalam hubungan yang toksik. Setiap keputusan yang kita buat adalah pengingat bahwa, meskipun kita tidak dapat mengendalikan segalanya, kita dapat mengendalikan respons kita. Kepastian ini memperkuat semangat kita dan mengurangi kerentanan emosional.
6. Temukan dirimu sendiri
Kesulitan menyingkap sisi tersembunyi dari kepribadian kita. Banyak orang menemukan kemampuan atau kekuatan yang tidak mereka sadari hingga mereka menghadapi batasan yang tak terduga. Pengetahuan diri yang mendalam ini menumbuhkan ketahanan, karena mengetahui apa yang Anda mampu memungkinkan Anda bertindak dengan lebih percaya diri dan lebih sedikit rasa takut.
Dalam praktiknya, hal ini dapat terwujud di saat krisis, di mana Anda melakukan sesuatu yang tak pernah Anda bayangkan sebelumnya: mendukung seseorang yang membutuhkan, mempertahankan ide di tengah tekanan, atau sekadar bertahan hari demi hari. Di momen-momen inilah ketahanan menjadi cermin: mencerminkan apa yang mampu kita tanggung dan ubah.
7. Tumbuhkan visi positif tentang diri Anda
Kepercayaan diri adalah kunci ketahanan. Self-talk negatif meningkatkan kecemasan dan ketakutan; self-talk positif, namun realistis, memungkinkan kita menghadapi kesulitan dengan lebih jernih. Ketahanan bukanlah menyangkal kesulitan, tetapi meyakini bahwa kita mampu mengatasinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, ini melibatkan pemantauan pikiran seperti “Aku takkan pernah berhasil” dan menggantinya dengan “Ini sulit, tapi aku bisa melangkah lagi.” Perubahan halus ini memengaruhi emosi dan keputusan kita. Menumbuhkan rasa hormat dan kasih sayang pada diri sendiri bukanlah hal yang egois: itu adalah fondasi yang membangun kekuatan untuk bangkit lagi dan lagi.
8. Pertahankan perspektif
Bahkan dalam situasi yang menyakitkan, memperluas kerangka waktu membantu menempatkan dampak dari apa yang terjadi ke dalam perspektif yang lebih luas. Menganalisis masalah dalam konteks yang lebih luas mencegah kita melebih-lebihkan setiap detail dan memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik. Meminta pendapat orang lain juga memberikan objektivitas dan mengurangi perasaan terisolasi.
Dalam keseharian, hal ini bisa sesederhana bertanya pada diri sendiri, “Seberapa pentingkah hal ini dalam lima tahun?” atau berkonsultasi dengan seseorang yang Anda percaya. Perspektif tidak menghilangkan kesulitan, tetapi mengurangi intensitas emosionalnya, sehingga memungkinkan untuk bereaksi lebih tenang dan rasional.
9. Jangan putus asa
Optimisme bukanlah peluru ajaib, tetapi merupakan kekuatan pendorong yang membuat kita terus maju ketika segalanya tampak berantakan. Ketahanan tumbuh subur ketika kita mampu berfokus pada apa yang dapat kita bangun dan memvisualisasikan tujuan yang dapat dicapai, bahkan di tengah kesulitan.
Dalam praktiknya, menjaga harapan melibatkan mengidentifikasi pencapaian-pencapaian kecil setiap hari, berfokus pada hal-hal yang berhasil, dan merayakan kemajuan, sekecil apa pun. Cahaya itu, betapapun redupnya, menerangi jalan dan mengingatkan kita bahwa, bahkan di hari-hari tergelap sekalipun, hari esok masih ada.
10. Jaga dirimu sendiri
Ketahanan bukan berarti kekuatan yang tak terbatas. Mengetahui kapan harus berhenti, menangis, atau mengungkapkan rasa takut sama pentingnya dengan mengambil keputusan. Pikiran dan tubuh perlu dirawat: tidur, makan dengan baik, bergerak, dan bersenang-senang adalah pilar-pilar yang menopang kemampuan kita untuk bertahan.
Dalam praktiknya, merawat diri sendiri berarti mengakui keterbatasan diri tanpa rasa bersalah, menerima bantuan, dan mendedikasikan waktu untuk kegiatan yang menyegarkan emosi. Orang yang tangguh bukannya kebal; mereka menyadari kebutuhan mereka dan memastikan mereka menjaga keseimbangan yang memungkinkan mereka menghadapi tantangan dengan energi dan kejernihan.
Referensi:
Sajquim, M. & Dura, L. (2019) Habits as Building Blocks for the Resilience of Vulnerable Populations. Health Promotion Practice; 20(6): 793-797.
Sippel, L. M. et. Al. (2015) How does social support enhance resilience in the trauma-exposed individual? Ecology and Society; 20(4): 10.





