KOTA JANTHO —Penanews.co.id – Pemerintah Kabupaten Aceh Besar melalui Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Besar sekaligus Ketua Dewan Pengawas PDAM Tirta Mountala, Bahrul Jamil SSos MSi, bersama para Direktur PDAM Tirta Mountala Aceh Besar menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Aceh Besar atas terganggunya pelayanan air bersih akibat bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Aceh beberapa waktu lalu, serta kondisi listrik yang padam berkepanjangan.
Ia mengatakan, meskipun Aceh Besar tidak berdampak langsung dari banjir yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, namun gangguan pelayanan tersebut merupakan dampak lainnya dari kondisi darurat bencana banjir yang turut memengaruhi fasilitas vital PDAM Tirta Mountala Aceh Besar.
“Kami memohon maaf sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Aceh Besar atas terkendalanya pelayanan air bersih. Kondisi ini bagian dari dampak bencana banjir yang melanda serta kondisi listrik yang padam berkepanjangan dan berefek terhadap sistem pelayanan PDAM. Kami berharap masyarakat dapat memaklumi karena ini merupakan kondisi darurat,” ucapnya, saat konferensi pers di Kantor PDAM Tirta Mountala Aceh Besar, Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Jumat (19/12/2025).
Baca juga; Illiza Kukuhkan Pengurus Forum Anak Kota Banda Aceh dan Genre 2025-2027
Sementara itu, Direktur Utama PDAM Tirta Mountala Aceh Besar, Ir Sulaiman MSI, menjelaskan bahwa banjir menyebabkan dua intake air baku terdampak cukup parah. Selain itu, sejumlah peralatan operasional seperti pipa dan pompa mengalami gangguan akibat tersumbat lumpur.
“Akibat banjir, dua intake kita terdampak dan sejumlah pipa serta peralatan harus dibersihkan karena tersendat lumpur. Beberapa pompa juga mengalami trouble karena terendam dan tertekan lumpur, sehingga tidak dapat berfungsi normal,” jelasnya.
Ia mengatakan, proses perbaikan pompa membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga hari, bahkan terdapat risiko kerusakan permanen pada pompa akibat tidak dapat bergerak karena lumpur.
Baca juga; Akhirnya Tangis Kak Na Pecah di Sekumur yang Hancur Lebur
“Setelah air sungai mulai surut, tim produksi kami harus menyelam untuk membersihkan dan mengangkat kembali pompa. Alhamdulillah, sekitar sepekan terakhir tiga pompa sudah kembali dapat dioperasikan meski masih bergantian,” katanya.
Sulaiman juga mengungkapkan, kendala lain yang cukup berat adalah padamnya listrik dari PLN. Ketergantungan PDAM terhadap pasokan listrik sangat tinggi, sementara genset yang tersedia hanya mampu digunakan dalam waktu terbatas.
“Ketika listrik padam, kami kewalahan. Genset hanya mampu menopang pelayanan satu hingga dua jam. Jika listrik padam terus-menerus, pelayanan tidak bisa maksimal karena kapasitas genset kami terbatas,” ungkapnya.
Baca juga; Mendagri Tito Buka Suara Terakit Bendera Putih Berkibar di Aceh
Meski demikian, ia memastikan PDAM tetap berupaya memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Selama masa bencana, suplai air bersih masih dapat berjalan sekitar 75 hingga 80 persen, meski beberapa wilayah di ujung jaringan mengalami keterbatasan distribusi pada jam-jam puncak.
“Kami mohon maaf kepada pelanggan yang mungkin harus menunggu air pada malam hari. Begitu listrik kembali normal, pelayanan juga berangsur normal,” sebutnya.
Ia juga berharap adanya perhatian dari PLN untuk memprioritaskan suplai listrik ke fasilitas pelayanan publik seperti PDAM.
“Kami sangat berharap PLN dapat memprioritaskan suplai listrik ke kawasan pelayanan masyarakat seperti PDAM, khususnya saat kondisi listrik belum sepenuhnya pulih,” harapnya.
Hal senada disampaikan Direktur Teknis PDAM Tirta Mountala Aceh Besar, Salman ST, yang menyebutkan bahwa sejumlah intake dan pompa sempat mengalami kerusakan dan gangguan teknis sehingga seluruh pompa harus dihentikan sementara.
“Akibat kerusakan dan trouble pada intake, seluruh pompa terpaksa dihentikan sementara. Namun setelah dilakukan perbaikan, pompa kembali dihidupkan secara bertahap,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa PDAM sangat bergantung pada suplai listrik dari PLN, karena pengoperasian dengan genset tidak mampu mendukung distribusi air ke seluruh wilayah.
“Ketika PLN off, operasional tidak bisa maksimal. Genset hanya mampu bekerja sebentar dan tidak sanggup melayani seluruh jaringan,” katanya.
Sementara itu, Direktur Umum PDAM Tirta Mountala Aceh Besar, David Zainal SE, mengungkapkan dampak besar dari sisi biaya operasional selama masa bencana. Sejak banjir melanda pada 27 November 2025 lalu, PDAM telah menghabiskan sekitar 37 ton BBM untuk operasional genset selama 15 hari.
“Dalam kondisi normal jika ada pemadaman listrik, penggunaan BBM genset hanya sekitar 10 ton dalam setahun. Namun akibat banjir dan pemadaman listrik berkepanjangan, kami sudah menghabiskan 37 ton BBM dalam waktu singkat. Itupun dengan harga pembelian BBM mencapai Rp 20 ribu perliternya,” ungkapnya.
Ia mengakui, tanpa suplai listrik dari PLN, operasional PDAM sangat tidak memadai dan menjadi beban berat dari sisi biaya.





