KUALA SIMPANG – Penanews.co.id – Di tengah suasana pilu pascabanjir bandang yang melanda Aceh Tamiang, sebuah cahaya kecil muncul dan menghangatkan hati para pengungsi. Harapan itu datang dari seorang anak Ayunindya Clarissa yang tak banyak diduga orang.
Ayunindya, relawan kecil berusia 6 tahun asal Medan, hadir membawa keceriaan di tengah keterbatasan tenda-tenda pengungsian. Senyum polosnya menyapa ratusan anak yang terdampak bencana dan harus menjalani hari-hari jauh dari rumah.
Pada usia di mana anak-anak biasanya larut dalam permainan, Ayunindya justru memilih berjalan menyusuri deretan tenda darurat. Dengan keberanian dan ketulusan, ia menyapa serta menghibur anak-anak yang kehilangan tempat tinggal dan akses sekolah.
Kehadirannya menjadi penguat batin, menghadirkan rasa hangat dan harapan bagi anak-anak pengungsi yang selama ini bergulat dengan ketakutan dan kesedihan di tengah kondisi serba terbatas.
Bersama tim Relawan Medan, misi kemanusiaan Ayunindya bukan sekedar datang dan melihat. Di atas Jembatan Kembar Aceh Tamiang, tepat di kawasan tenda pengungsian, ia juga menyerahkan ratusan mainan kepada anak-anak korban banjir. Mainan-mainan sederhana itu menjadi simbol harapan pengganti sementara masa kecil yang terenggut bencana.
Didampingi kakak-kakak dari Relawan Guru-Guru Medan, Ayunindya membantu menyalurkan bantuan dengan penuh ketulusan. Suasana haru pun tak terbendung. Anak-anak pengungsi berlarian mendekat, mata mereka berbinar saat mainan diturunkan dari atas mobil bantuan. Tangis yang selama ini memenuhi wajah-wajah kecil itu perlahan berubah menjadi senyum malu-malu senyum di tengah kesulitan.
Sorot mata anak-anak pengungsi memancarkan kegembiraan, meski di baliknya tersimpan luka kehilangan rumah, buku sekolah, dan rasa aman yang dulu mereka miliki, kini justru telah hilang dengan sekejab. Kehadiran Ayunindya menjadi pengingat bahwa di tengah bencana dan kepedihan, kepedulian dan kasih sayang masih hidup dan nyata.
Dengan suara polos penuh empati, Ayunindya Clarissa mengungkapkan alasan kedatangannya ke Aceh. Ia mengaku sedih melihat anak-anak seusianya kini harus bertahan hidup di tenda-tenda pengungsian setelah rumah mereka hancur diterjang banjir bandang.
“Kasihan melihat anak-anak di Aceh sekarang. Mereka sudah tidak punya rumah lagi. Ayunindya sedih melihat mereka. Semoga ratusan mainan Ayunindya berikan bisa sedikit mengobati rasa sedih saudara saudara kecil saya yang selama tinggal di tenda pengungsian,” ucap Ayunindya, Selasa 23 Desember 2025.
Tak hanya menyerahkan mainan, relawan cilik ini bersama tim Relawan Medan juga menyalurkan bantuan berupa sembako, minuman dan lainya, kepada warga Kota Lintang Bawah, Kecamatan Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang. Bantuan diberikan kepada warga yang tinggal di bantaran Sungai Tamiang wilayah yang terkena banjir dan longsor.
“Tadi Clarissa juga membagikan sembako ke warga Kota Lintang Bawah. Clarissa sedih melihat rumah-rumah mereka tertimpa tumpukan kayu. Teman-teman seumurnya Clarissa terpaksa mengungsi karena rumah mereka sudah tidak ada lagi,” ujar Ayunindya dengan mata berkaca-kaca.
Ayunindya menegaskan bahwa bantuan yang disalurkan tidak berhenti sampai di sini. Dengan tekad yang jelas, ia berjanji akan kembali ke Aceh untuk membawa lebih banyak bantuan bagi anak-anak pengungsi.
“Insya Allah Clarissa dan teman-teman Relawan Medan akan datang lagi ke Aceh. Nanti kami akan membawa lebih banyak mainan untuk diedarkan. Clarissa janji,” ucapnya usai menyerahkan bantuan kepada anak-anak pengungsi.
Di tengah kepedihan akibat banjir bandang yang melanda Aceh sejak 26 November lalu, kepedulian seorang relawan cilik bernama Ayunindya Clarissa menjadi simbol harapan. Sebuah bukti bahwa sekecil apa pun kepedulian yang diberikan, mampu menjadi cahaya bagi para pengungsi yang tengah kehilangan segalanya.
Sumber VIVA.co.id





