PIDIE – Penanews.co.id – Amarah rakyat Tangse akhirnya meledak. Sabtu pagi (27/12/2025), suasana di kaki Gunung Neubok Badeuk mencekam saat sekitar 60 pria perkasa perwakilan dari Desa Pulo Mesjid 1, Pulo Mesjid 2, dan Neubok Badeuk bergerak serentak. Bukan untuk berburu, melainkan untuk “menyeret” para mafia tambang emas ilegal dan pelaku illegal logging yang telah merusak jantung pertahanan alam mereka.
Massa yang sudah muak dengan rentetan bencana banjir dan longsor ini melakukan long march ekstrem selama 7 jam menembus hutan belantara menuju arah Mileuk—hulu sungai vital yang menjadi urat nadi kehidupan warga Tangse.
“Ini Bukan Tambang, Ini Pembantaian Alam!” Ujar salah satu tokoh masyarakat setibanya di lokasi, warga disambut pemandangan mengerikan. Hutan yang seharusnya rimbun kini tampak seperti medan perang. Pohon-pohon raksasa tumbang berserakan hingga ke akar-akarnya, sementara bantaran sungai hancur lebur dikeruk secara rakus oleh ekskavator.
Meskipun para pelaku diduga telah mencium aroma kedatangan warga dan melarikan diri (“kucing-kucingan”), jejak kejahatan mereka masih segar. Bekas kerukan alat berat dan sisa-sisa basecamp menjadi bukti nyata betapa masifnya penjarahan emas di sana.
Kemarahan massa nyaris tak terbendung saat melihat sumber air mereka dikotori oleh aktivitas alat berat dan mesin sedot. Salah satu tokoh masyarakat dengan nada tinggi mengeluarkan Ultimatum Berdarah bagi para perambah yang masih berani menginjakkan kaki di gunung tersebut.
”Jangan tantang kesabaran kami! Hari ini mereka lari, tapi besok tidak ada tempat bersembunyi. Kami nyatakan perang terhadap siapapun yang merusak hutan ini! Jika pemerintah tidak bertindak, jangan salahkan jika rakyat yang akan menegakkan hukum dengan tangan kami sendiri!” teriak sang tokoh di tengah reruntuhan hutan.
Warga menegaskan bahwa ini hanyalah “pemanasan”. Mereka berjanji akan kembali dengan kekuatan ribuan massa dari seluruh pelosok Tangse jika aktivitas alat berat (beko) masih beroperasi.
Mereka bersumpah akan melakukan tindakan Eksekusi Lapangan tanpa pandang bulu terhadap siapapun pelakunya, demi menyelamatkan anak cucu dari ancaman bencana yang lebih besar.
Hingga berita ini diturunkan, situasi di wilayah Tangse masih dalam tensi tinggi. Warga mulai melakukan penjagaan ketat di akses-akses masuk menuju kawasan hutan.[]





