Anies: Sistem Sekolah Kita Masih Pola Pikir Abad 20, Padahal Muridnya Abad ke-21

by
Anies Baswedan saat menjadi keynote speaker ASEAN for the Peoples Conference di The Sultan Hotel, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (5/10/2025). | Foto: Nasywa Athifah/kumparan

JAKARTA – Penanews.co.id – Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyoroti ketertinggalan sistem pendidikan Indonesia yang menurutnya masih mengandalkan cara berpikir lama dan belum beradaptasi dengan kebutuhan zaman.

Dalam acara ASEAN for the Peoples Conference yang digelar di The Sultan Hotel, Jakarta, pada Minggu (5/10/2025), Anies menyampaikan keprihatinannya terhadap ketimpangan antara perkembangan zaman dan pendekatan pendidikan saat ini.

“Saya pikir ada fenomena hari ini yang sedang kita hadapi, yaitu kita memiliki anak-anak abad ke-21. Namun, sistem sekolah kita masih beroperasi dengan pola pikir abad ke-20,” kata Anies..

Ia juga menambahkan bahwa ketimpangan ini terlihat tidak hanya dari pendekatan mengajar, tapi juga dari lingkungan fisik belajar itu sendiri.

“Jadi, murid-muridnya anak abad ke-21. Guru-gurunya dari abad ke-20. Dan tata letak ruang kelasnya itu bahkan dari abad ke-19, sebenarnya,” ujarnya menambahkan.

Ia menilai, kondisi tersebut menunjukkan adanya ketertinggalan sistem pendidikan yang signifikan. 

Menurut Anies, akar persoalan terletak pada sistem yang masih dirancang untuk era industri, dengan penekanan pada instruksi massal, hafalan, dan keseragaman.

“Sistem ini belum dirancang untuk era jaringan digital dan perubahan yang sangat cepat seperti sekarang. Jadi itu masalah pertama,” ucapnya. 

Selain itu, ia menyoroti adanya ketimpangan yang lebih dalam, yakni ketimpangan imajinasi.

Ketimpangan ini, kata Anies, tidak hanya berkaitan dengan akses terhadap guru, fasilitas, atau sekolah, melainkan juga tentang peluang untuk bermimpi dan membayangkan masa depan.

“Tanpa imajinasi tentang apa yang mungkin dicapai, bakat akan terbuang sia-sia bahkan sebelum sempat tumbuh,” ungkapnya. 

Anies menambahkan, apa yang menjadi cita-cita seorang anak sangat ditentukan oleh pengetahuan yang dimilikinya. 

Ia mencontohkan, seorang murid tidak mungkin bercita-cita menjadi pilot jika tidak tahu apa itu pilot.

“Jadi, impian adalah fungsi dari pengetahuan, dan sangat penting hari ini untuk: pertama, mereformasi sistem sekolah kita dari pola pikir abad ke-20 menjadi pola pikir abad ke-21, dan kedua, mengatasi bukan hanya kesenjangan keterampilan, tetapi juga kesenjangan imajinasi,” tutur Anies.

ya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *