JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa penerapan skema baru kontrak kerja sama minyak dan gas bumi (migas) berupa gross split akan mendorong investasi lebih besar di sektor hulu migas.
Skema bagi hasil ini dirancang untuk memberikan insentif lebih menarik bagi investor, dengan tujuan mempercepat eksplorasi dan produksi migas dalam negeri.
Bahlil menjelaskan bahwa skema gross split yang baru ini lebih kompetitif dan diharapkan dapat menarik minat investor global. Hal ini diharapkan dapat mempercepat peningkatan kapasitas produksi migas domestik.
“Skema gross split yang baru ini lebih kompetitif dan dirancang untuk menarik minat investor global. Diharapkan dapat mempercepat peningkatan kapasitas produksi migas dalam negeri,” ujar Bahlil dalam keterangannya di Jakarta, seperti yang dikutip Antara, Minggu (29/12/2024).
Salah satu contoh implementasi skema ini adalah penandatanganan kontrak kerja sama wilayah kerja migas (WK migas) Central Andaman, yang menjadi WK pertama yang menggunakan skema gross split. Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk WK Central Andaman terdiri dari konsorsium Harbour Energy Central Andaman Ltd dan Mubadala Energy (Central Andaman) Rsc Ltd, dengan Harbour Energy sebagai operator.
Sebagai bagian dari kontrak, konsorsium KKKS telah melakukan pembayaran bonus tanda tangan sebesar 300.000 dolar AS dan menyampaikan jaminan pelaksanaan sebesar 1,5 juta dolar AS.
Kontrak WK Central Andaman adalah sejarah baru bagi investasi sektor migas, karena merupakan kontrak dengan skema baru gross split, yang pertama sesuai ketentuan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split.
Pembaruan aturan tersebut dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan kontraktor dan pemerintah.