Begini Modus Penipuan Gaya Baru Kuras Rekening, Hapus Chat Ini di HP Sekarang

by
Ilustrasi | Foto net


JAKARTA — Kasus penipuan phishing terus meningkat dengan korban yang kian berjatuhan. Kini, tak hanya melalui email, pelaku kejahatan siber juga memanfaatkan telepon (vishing) dan pesan singkat SMS (smishing) untuk mengelabui korban guna mencuri data sensitif atau menyebarkan malware.

Berdasarkan investigasi, phishing merupakan metode penipuan dengan mengirimkan tautan atau lampiran berbahaya melalui email palsu yang dikemas seolah-olah berasal dari institusi resmi. Korban yang terkecoh dan mengklik tautan tersebut berisiko mengalami pembobolan rekening, pencurian identitas, hingga kerugian finansial.

Phishing juga bisa dilakukan dengan mengelabui korban agar menyerahkan data sensitif secara sukarela. Alhasil, korban phishing bisa mengalami kerugian berupa pencurian identitas hingga pembobolan rekening dan akun keuangan lainnya.

Tak hanya email, modus serupa kini merambah ke komunikasi telepon dan SMS. Pelaku berpura-posa sebagai pihak bank, layanan publik, atau perusahaan untuk memancing korban menyerahkan data pribadi seperti OTP, nomor kartu kredit, atau kata sandi.

Menanggapi hal ini, Kantor Polisi Hampden County di Massachusetts membagikan pernyataan yang mewanti-wanti penipuan berbasis teks alias smishing yang banyak beredar di Facebok.

Menurut kepolisian, para oknum penipu akan mengirimkan pesan yang seakan bersifat darurat dan membuat korban panik sehingga mau menyerahkan informasi sensitif mereka.

Misalnya, penipu seakan-akan memberi tahu korban bahwa mereka sedang dalam investigasi hukum dan diminta menelpon pelaku untuk menghindari gugatan hukum.

“Penipu ini biasanya menyematkan nomor palsu dan link yang bisa menginstal malware berbahaya,” tertulis dalam pengumuman kepolisian Hampden County, dikutip dari Vice, Senin (17/3/2025).

Lebih lanjut, polisi mengingatkan bahwa penipu bisa menyamar seakan-akan berasal dari lembaga yang sah, sehingga korban makin gampang terjerat.

Memang sudah banyak orang yang memiliki literasi cukup baik dan bisa mendeteksi upaya penipuan dari pesan teks atau chat yang mencurigakan. Namun, tak jarang yang langsung panik dan akhirnya masuk jebakan.

Baca Juga:  Korea Utara Kirim 10.000 tentara ke Rusia untuk Perangi Ukraina, kata Pentagon

Vice mengatakan kebanyakan yang menjadi korban adalah orang tua atau mereka yang kurang melek teknologi. Isi pesan bisa membuat mereka takut menghapusnya dan benar-benar melakukan perintah penipu.

“Penipu ini ingin menakut-nakuti korban sehingga mereka bertindak sebelum berpikir,” kata kepolisian.

“Perlu diingat, petugas penegak hukum tak akan pernah menelpon, mengirim pesan, atau meminta uang, untuk menyelesaikan perkara hukum,” kata polisi Cocchi.

Ia meminta agar masyarakat yang mendapatkan pesan yang menakut-nakuti, mengatasnamakan lembaga hukum, meminta data pribadi, dan membubuhkan link bahaya, agar segera menghapus pesan yang diterima dan melaporkannya ke pihak berwajib.[]

Sumber CNBC Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *