MEDAN — Seorang anggota kepolisian, Bripka SS, melaporkan rekannya, Ipda RS, ke Polda Sumatera Utara (Sumut) atas dugaan penipuan senilai Rp850 juta. Laporan tersebut diajukan ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) dan Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sumut pada 14 Oktober 2024.

Menurut laporan, Ipda RS diduga menjanjikan Bripka SS kelulusan dalam Seleksi Sekolah Inspektur Polisi (SIP) dengan imbalan uang pelicin. Namun, setelah Bripka SS membayar Rp600 juta pada Desember 2023 dan Rp250 juta pada April 2024, ia tetap gagal lolos seleksi.
Laporan ke Ditreskrimum Polda Sumut itu bernomor: STTLP/B/1430/X/2024/SPKT/Polda Sumatera Utara dan laporan ke Propam Polda Sumut bernomor: SPSP2/131/X/2024/SUBBAGYANDUAN. Bripka SS membuat kedua laporan itu pada 14 Oktober 2024.

Kuasa hukum Bripka SS, Olsen Lumbantobing, menjelaskan bahwa kliennya awalnya percaya pada Ipda RS karena mereka merupakan satu angkatan saat menjalani pendidikan bintara. Ipda RS sendiri telah berhasil lulus SIP pada 2022.
“Bahwa klien saya itu atas nama Bripka SS diimingi-imingi oleh Ipda RS ini bisa memasukkan perwira polisi sekitar Desember 2023 mereka bicara kan. Ipda RS ini meminta uang dari klien saya Rp600 juta kemudian berlanjut waktu, nah ternyata tak lulus klien saya,” kata Olsen Lumbantobing, Jumat (21/2) dikutip dari detikcom, Sabtu (22/2).

Lalu, uang kedua kali diberikan pada April 2024, jumlahnya sebesar Rp250 juta. Di mana, Ipda RS kembali menjanjikan kepada Bripka SS bahwa ia bisa lulus gelombang kedua dengan uang tambahan tersebut.
“Nah kemudian ditanyakan ke RS ini, kenapa saya nggak lulus, ya nanti kamu lah gelombang kedua tapi tambah Rp250 juta itu April 2024,” ucapnya.

Ternyata Bripka SS tetap tidak lulus di gelombang kedua dan uang yang sudah diberikan tidak dikembalikan meski sudah diminta dengan baik-baik, sehingga ia membawa ke ranah hukum.
“Nah setelah itu kemudian dilihat tidak lulus juga, Juni 2024 ditanya bagaimana uang itu, kemudian berlanjut nggak kembali, maka setelah Oktober ya dibuat laporan pengaduan itu 2024 satu ke Propam ke Krimum,” jelasnya.
Olsen menyebutkan kliennya percaya pada Ipda RS karena mereka satu angkatan saat Bintara dan terlapor terlebih dahulu lulus SIP pada 2022.
“Nah ini jadi kan diduga pelaku ini satu letting pada masa bintara dan dia sudah lulus Sekolah Inspektur Polisi atau SIP tahun 2022 sehingga dia percaya, percaya dia makanya dia tidak ragu-ragu karena dijanjikan diimingi dibujuk rayu gitu,” pungkasnya.
Propam: Kasus Masih dalam Penyidikan
Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri melalui akun X @Divpropam menyatakan bahwa kasus ini sedang dalam penyelidikan oleh Ditreskrimum Polda Sumut. Propam menegaskan bahwa segala bentuk praktik curang dan korupsi dalam proses seleksi pendidikan merupakan pelanggaran serius.
“Divpropam Polri menegaskan bahwa segala bentuk praktik curang dan KKN dalam seleksi pendidikan merupakan pelanggaran serius!,” demikian peryataan Propam.
Polri mengingatkan seluruh anggotanya untuk selalu menjunjung tinggi integritas dan tidak tergiur jalan pintas.
“Mari wujudkan prinsip bersih, transparan, akuntabel dan humanis pada setiap proses seleksi,” ujarnya.[]
Sumber CNNIndonesia

