BRIN ungkap Gempa dan Tsunami Dahsyat di Daerah Ini Menimpa 30 juta jiwa, Hanya Tunggu Waktu

by
Ilustrasi Tsunami| Foto Istockphoto

JAKARTA — Penanews.co.id — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa wilayah selatan Pulau Jawa pernah dilanda tsunami dahsyat di masa lampau, dan kejadian serupa berpotensi terjadi kembali di masa mendatang.

Penemuan ini berasal dari hasil penelitian paleotsunami yang dilakukan oleh tim Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) BRIN. Melalui analisis terhadap lapisan tanah dan batuan, tim mendeteksi keberadaan sedimen yang menjadi bukti terjadinya tsunami purba.

Salah satu temuan penting adalah keberadaan lapisan sedimen tsunami yang diperkirakan berusia sekitar 1.800 tahun, tersebar di berbagai lokasi seperti Lebak, Pangandaran, dan Kulon Progo.

Peneliti menduga, gelombang besar tersebut disebabkan oleh gempa megathrust berkekuatan minimal M9,0 — kekuatan yang setara dengan gempa yang memicu tsunami Aceh tahun 2004.

“Dikarenakan penyebarannya yang meluas di banyak lokasi di selatan Jawa, jejak ini diperkirakan merupakan hasil dari tsunami raksasa yang disebabkan gempa megathrust berkekuatan magnitudo 9,0 atau lebih. Ini bukan satu-satunya. Jejak tsunami raksasa lainnya ditemukan berumur sekitar 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu,” kata Peneliti Ahli Madya PRKG BRIN, Purna Sulastya, Kamis (7/8/2025).

Dari temuan tersebut juga terungkap tsunami raksasa di wilayah tersebut memiliki sifat berulang. Siklusnya terjadi sekitar 600 hingga 800 tahun sekali.

“Ini artinya bukan soal apakah tsunami besar akan terjadi, tapi kapan,” dia menjelaskan.

Ancaman ini perlu jadi perhati serius. Mengingat akan ada lebih dari 30 juta orang terekspos di wilayah pesisir Jawa pada 2030 mendatang.

BRIN juga menyoroti soal pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut. Mulai dari bandara, pelabuhan dan kawasan industri belum dirancang dengan risiko bencana tsunami.

Banyaknya infrastruktur strategis di selatan Jawa, membuat perkembangan pada kawasan di sekitarnya. Mulai dari banyaknya hotel, restoran dan destinasi wisata baru.

“Peningkatan aktivitas ini, meski memberikan dampak positif dari sisi ekonomi, juga secara tidak langsung menambah kerentanan wilayah terhadap potensi bencana tsunami,” tambahnya.

Data yang didapatkan BRIN bisa jadi fondasi untuk penetapan kebijakan tata ruang dan mitigasi bencana. Selain itu BRIN mendorong edukasi kebencanaan berbasis riset bisa ditingkatkan mulai dari sekolah, media massa hingga komunitas lokal.

Khusus untuk masyarakat, Purna mengimbau untuk selalu waspada. Termasuk mengikuti arahan pemangku kepentingan dari masing-masing daerah.

“Kalau terjadi gempa kuat di dekat pantai, jangan tunggu sirine atau pemberitahuan. Segera evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Alam sering memberi sinyal pertama, dan kesiapsiagaan adalah kunci keselamatan,” pesannya.[]

Sumber CNBC Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *