BENER MERIAH – Penanews.co.id – Pagi itu Sabtu 20 Desember 2025, niat Bunda Salma sederhana dan tulus. Mengantarkan bantuan logistik langsung kepada masyarakat, lalu singgah membawa pulang cabai hasil kebun warga setempat.
Namun perjalanan pulang berubah menjadi cerita panjang ketika kendaraan yang ia tumpangi terjebak antrean di ruas jalan Batas Aceh Utara – Bandara Rembele atau sering disebut jalan Simpang KKA–Bener Meriah. Sistem buka-tutup jalan akibat kondisi darurat pascabencana hidrometeorologi yang melanda Aceh membuat arus kendaraan nyaris tak bergerak.
Informasi itulah yang kemudian sampai ke Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh, Ir. Mawardi, ST. Tanpa menunggu lama, Minggu pagi, 21 Desember 2025, ia langsung menuju lokasi. Di lapangan, Mawardi berdiri bersama personel TNI, menyaksikan sendiri antrean kendaraan, kondisi badan jalan yang labil, serta arus logistik yang tersendat.
Dari diskusi singkat namun intens di tepi jalan, keputusan cepat diambil. Titik-titik kritis harus segera diperkuat. Aramco ditambah, batang-batang kelapa didatangkan untuk menahan timbunan dari gerusan air, dan badan jalan diperlebar agar bisa dilalui dua arah oleh kendaraan roda enam. Targetnya satu: mengurangi antrean dan memastikan logistik, barang, serta mobilitas warga tetap berjalan.
Kerja tak berhenti di hari itu. Senin, 22 Desember 2025, sinergi kembali diperkuat. Hasil koordinasi antara Kepala Dinas PUPR Aceh dan Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Kementerian PU menghasilkan langkah konkret. Tim teknis yang terdiri dari Desir dan Fahrul diberangkatkan menjemput Aramco yang telah tersedia di Takengon untuk segera dipasang di lokasi terdampak.
Sejak pagi, Fahrul bersama tim pendukung juga diperintahkan menyempurnakan titik-titik di wilayah Aceh Utara yang sebelumnya telah ditangani secara darurat pada awal Desember. Namun alam tak sepenuhnya bersahabat. Curah hujan tinggi, arus lalu lintas yang padat, dan badan jalan yang masih labil membuat pekerjaan penuh tantangan. Bahkan, beberapa truk pengangkut logistik harus ditarik menggunakan sling kendaraan off-road milik masyarakat agar bisa melintas. Semua itu disaksikan langsung oleh Mawardi yang terus berada di lapangan.
Kerja keras itu perlahan membuahkan hasil. Sejak pagi hingga sore hari ini, penanganan dilakukan tanpa henti. Menjelang senja, arus kendaraan mulai bergerak lebih lancar. Antrean yang semula mengular panjang perlahan terurai.
Dan kabar paling menggembirakan pun datang. Sebanyak 11 unit truk pengangkut gas elpiji 3 kilogram berhasil melintasi ruas Simpang KKA menuju Bener Meriah dan Takengon. Sebuah pencapaian penting bagi masyarakat yang sangat bergantung pada pasokan energi tersebut.
Mawardi selanjutnya meminta Dinas Perhubungan Aceh untuk melakukan rekayasa lalu lintas sehingga arus transportasi dapat menjadi lebih lancar.
Di balik keberhasilan itu, ada kerja yang mungkin tak selalu terlihat: koordinasi lintas sektor dan tekad bersama untuk memastikan jalan kembali bisa dilintasi dengan nyaman. Sinergi antara Dinas PUPR Aceh, TNI, dan BPJN Kementerian PU dan unsur terkait lainnya menjadi kunci, membuktikan bahwa di tengah keterbatasan, kolaborasi dan kepedulian mampu membuka jalan dan mempercepat akses untuk misi kemanusiaan membantu korban bencana.[]






