JAKARTA — Kanker ovarium, atau kanker indung telur, sering kali terdiagnosis pada stadium lanjut, yang membuat pengobatan menjadi lebih sulit. Selama ini, para peneliti beranggapan bahwa keterlambatan diagnosis disebabkan oleh ketidakjelasan gejala yang muncul, yang baru terasa saat kanker telah berkembang menjadi lebih agresif.
Gejala kanker ovarium memang sering kali sulit dikenali karena mirip dengan kondisi medis lainnya.
Namun, sebuah studi terbaru menlasir dari theconvertation.com, menunjukkan bahwa ada sejumlah tanda khas yang dapat membantu dalam deteksi dini penyakit ini. Memahami tanda-tanda tersebut sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan dan meminimalkan risiko komplikasi yang lebih serius.
Studi ini menargetkan perempuan yang mengalami empat gejala spesifik, seperti kembung, nyeri perut, sering buang air kecil, dan cepat merasa kenyang. Para peserta yang mengalami setidaknya satu dari empat gejala tersebut diminta segera menemui dokter spesialis.
Hasilnya, dokter menemukan keberadaan kanker ovarium, termasuk yang sudah berkembang menjadi sangat agresif. Lantas, apa manfaat deteksi dini kanker ovarium terhadap pengobatan keganasan ini?
Kenapa kanker ovarium sulit dideteksi dini?
Kanker ovarium tidak dapat dideteksi lewat pemeriksaan kanker serviks (pap smear) maupun pemeriksaan panggul. Keganasan ini hanya bisa dideteksi lewat rangkaian pemeriksaan kanker ovarium.
Beberapa lembaga kesehatan, seperti Cancer Australia, merekomendasikan perempuan untuk menjalani pemeriksaan kanker ovarium ketika gejalanya sudah dirasakan lebih dari sebulan. Sayangnya, keganasan ini memiliki banyak gejala yang mirip dengan masalah kesehatan umum lainnya, seperti kelelahan, sembelit, dan perubahan siklus menstruasi.
Kondisi ini mempersulit deteksi dini kanker ovarium. Padahal, deteksi dini dapat memperbesar peluang perempuan bertahan hidup dari kanker ovarium yang berkaitan dengan seberapa lanjut stadium kanker saat didiagnosis.
Jika kanker belum menyebar, penyintas kanker ovarium memiliki tingkat kelangsungan hidup selama lima tahun sebesar 92%. Sayangnya, lebih dari separuh perempuan pertama kali didiagnosis kanker ovarium ketika keganasan ini sudah bermetastatis alias sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Apabila kanker ovarium telah menggerogoti kelenjar getah bening di dekatnya, maka tingkat kelangsungan hidup berkurang menjadi 72%. Jika kanker didiagnosis ketika sudah menyebar jauh dari indung telur, tingkat kelangsungan hidup berkurang menjadi 31%.
Mendeteksi gejala khas kanker ovarium
Beberapa penelitian kemudian berusaha mencari tahu manfaat deteksi dini kanker ovarium terhadap tingkat kelangsungan hidup penyintas.
Sebuah uji coba terkontrol di Inggris misalnya, melakukan pemeriksaan kanker ovarium pada lebih dari 200 ribu perempuan. Namun, alih-alih fokus mendeteksi gejala khas kanker ovarium, penelitian ini justru berfokus memeriksa kesehatan masyarakat umum sehingga gagal mengurangi angka kematian.
Studi terbaru menunjukkan pentingnya peran perempuan dalam mengenali gejala khas kanker ovarium. Ini dapat membantu diagnosis kanker ovarium lebih dini sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih cepat.
Penelitian yang dilakukan dari Juni 2015 hingga Juli 2022 ini melibatkan sekitar 2.596 perempuan berusia 16-90 tahun. Mereka berasal dari 24 rumah sakit di seluruh Inggris.
Tanda-Tanda Kanker Ovarium yang Perlu Diperhatikan;
- perut kembung terus-menerus
- merasa mudah kenyang sesaat setelah mengonsumsi makanan dan/atau sering tidak nafsu makan
- nyeri panggul atau perut yang terasa seperti gangguan pencernaan
- sangat sering buang air kecil
Perempuan yang mengalami setidaknya satu dari empat gejala secara terus-menerus kemudian didaftarkan ke dalam program pemeriksaan dini kanker ovarium. Program yang diberlakukan di Inggris sejak 2011 ini membantu perempuan mendapatkan rujukan dokter kandungan dalam dua pekan.
Sekitar 1.741 peserta penelitian mengikuti rangkaian pemeriksaan kanker ovarium. Pertama, mereka melakukan tes darah untuk mengetahui kadar antigen kanker 125 (CA125) yang menjadi penanda tumor pada darah.
Jika kadar CA125 tidak normal, peserta perempuan akan diminta melakukan ultrasonografi (USG) transvaginal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat ukuran dan bentuk massa kanker di ovarium.
Peneliti menemukan bahwa proses mengenali gejala khas kanker ovarium ini lebih baik dalam mendeteksi keganasan. Hal ini jika dibandingkan dengan pemeriksaan umum pada perempuan yang tidak memiliki gejala.
Sekitar 12% perempuan yang menjalani pemeriksaan dini didiagnosis mengidap kanker ovarium. Sebanyak 6,8% peserta perempuan didiagnosis menderita kanker ovarium karsinoma serosa derajat tinggi. Jenis kanker paling agresif ini menyebabkan 90% kematian pengidap kanker ovarium.
Sebanyak satu dari empat perempuan pengidap kanker ovarium paling ganas tersebut didiagnosis ketika stadium awal kanker. Hal ini penting karena memungkinkan pengobatan sebelum kanker paling mematikan ini menyebar ke seluruh tubuh.
Deteksi dini terbukti sangat bermanfaat untuk pengobatan kanker ovarium yang sangat agresif. Sebanyak 95% mayoritas pengidapnya berhasil menjalani operasi dan sekitar 77% pengidap lainnya menjalani kemoterapi. Adapun sebanyak 61% atau satu dari sepuluh pengidap bahkan berhasil menjalani sitoreduksi lengkap–prosedur pengangkatan seluruh kanker.
Pentingnya deteksi dini kanker ovarium
Meskipun studi ini tidak meneliti dampaknya terhadap tingkat kelangsungan hidup penyintas, temuan ini menunjukkan pentingnya mengenali gejala khas kanker ovarium karena dapat mendukung diagnosis dini keganasan.
Karena itu, edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala khas kanker ovarium sangatlah penting. Soalnya, banyak perempuan tidak menyadari gejala kanker ovarium
Masyarakat perlu mengenali empat gejala khas kanker ovarium, seperti kembung, nyeri perut, sering buang air kecil, dan cepat merasa kenyang. Dokter juga harus bisa mengenali tanda-tanda penyakit kanker ovarium, termasuk gejala samar seperti kelelahan umum.
Meningkatkan kesadaran tentang gejala kanker ovarium yang lebih awal dapat membantu perempuan untuk mencari perawatan medis lebih cepat. Dengan deteksi dini, harapan untuk pengobatan yang lebih efektif dan hasil yang lebih baik akan meningkat secara signifikan.[]