KOTA JANTHO – penannews.co.id Kota Janto sebagai ibukota Kabupaten Aceh Besar sudah berumur 39 tahun, usianya sudah beranjak dewasa, tidak lagi remaja, sayang 39 tahun sudah, kota janto tetap saja masih rasa remaja, yang masih saja bermimpi dengan harapan-harapan, saat 39 tahun yang lalu didengungkan para pengagas ibukota Kabupaten Aceh Besar.
Pengamat Kebijakan Publik, Usman Lamreung kepada penaneqs.co.id menyehutkan, silih berganti kepemimpinan, dengan banyak gagasan dan harapan, namun sangat disayangkan harapan dan gagasan yang digagas melalui janji politik belum mampu mempermak ibukota Janto bak ibukota kabupaten lainnya, terasa sepi, senyap tak begitu bergeliat dengan lazimnya kota ibukota.
“Pertanyaannya adalah mengapa kota Janto sebagai ibukota kabupaten hingga sampai hari ini kembali berulang tahun masih rasa sepi, senyap dan tak bergairah ? Kenapa silih berganti kepemimpinan gema menghidupkan kota janto benar-benar menjadi kota ibukota semangat hanya sebatas diawal kepemimpinan? Meredup hingga sampai akhir kepemimpinan dan kekuasaan. Apakah memang tidak serius kota Janto benar-benar diurus menjadi kota ibukota lazimnya ibukota kabupaten lainnya ?” sebut Akademisi Unaya Aceh ini.
Dijelaskan, sudah cukup banyak program pembangunan dicetuskan dengan berbagai program, termasuk digagas menghadirkan lembaga pendidikan, perawisata dan event olahraga (PORA) namun upaya tersebut tidak berbanding lurus dengan rencana yang dirumuskan oleh para penguasa. Malah lebih teriris lagi sarana prasarana olahraga yang dibangun pasca PORA tidak terpelihara dengan baik. Ini menandakan ada sisi lemah kepemimpinan dan tata kelola pemerintahan.
“Sarana lainnya seperti pendopo begitu megah, dengan fasilitas memadai, juga tidak fungsional dengan baik, ini terbukti silih berganti kepemipinan bersemangat menepati diawal pemerintahan, selanjut ditinggalkan begitu saja.” Usman Lamreung menjelaskan.
Direktur LDR juga menyebutkan, termasuk Pj Bupati sekarang jarang sekali tinggal di pendopo dikota Janto. Malah tambah lebih gawat lagi banyak kegiatan rapat, event, dan berbagai kegiatan pemerintahan dibuat di seputaran Lambaro atau Ghani.
“Menandakan pemerintah Aceh Besar sendiri sepertinyapun enggan kota janto benar-benar menjadi ibukota Kabupaten”, sebut Usman Lamreung.
Artinya pemerintah Aceh Besar juga tak serius membangun kota janto benar-benar menjadi kota ibukota, komitmen diawal tidak berbanding lurus dengan realita.
Inilah muaranya kenapa kota Janto masih saja seperti kota kecamatan, bukan seperti ibukota Kabupaten, pemerintah Aceh Besar patut kita duga memang tak serius membangun kota janto layak menjadi ibukota kabupaten ? (chliss)