JAKARTA – Penanews.co.id — Menyusul Kasus keracunan massal yang melibatkan ribuan pelajar akibat konsumsi makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di berbagai wilayah. Presiden Prabowo Subianto memanggil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, untuk membahas persoalan tersebut.
Dalam pertemuan itu, Prabowo memberikan sejumlah arahan penting terkait pelaksanaan program MBG,. diantaranya memberikan sejumlah instruksi, yakni:
Peningkatan Tata Kelola
Dadan mengatakan Prabowo menyampaikan rasa keprihatinan atas berbagai insiden yang terjadi. Dia mengatakan Prabowo memerintahkan peningkatan tata kelola SPPG untuk mencegah keracunan berulang.
Minta Koki Terlatih-Alat Rapid Test
Prabowo juga memerintahkan agar SPPG memiliki koki terlatih. Dia juga meminta dapur yang memproduksi menu MBG dilengkapi alat rapid test untuk memeriksa kualitas makanan.
Jamin Sterilisasi
Prabowo juga menginstruksikan agar setiap SPPG memiliki alat sterilisasi food tray. Dia mengatakan SPPG juga harus memasang filter air untuk menjamin kualitas air yang digunakan.
Pasang CCTV
Prabowo juga meminta agar SPPG dilengkapi CCTV yang terhubung langsung ke pusat. Prabowo berharap langkah itu dapat memperkuat kualitas layanan dan memastikan program pemenuhan gizi nasional berjalan lebih aman dan terpercaya.
Dalam kesempatan itu Dadan menjelaskan bahwa hingga kini terdapat 9.615 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi di lapangan. Program ini menyasar total 31 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia.
“Capaian jumlah SPPG yang operasional telah mencapai 9.615 dan telah melayani kurang lebih 31 juta penerima manfaat,” kata Dadan dalam keterangannya, Minggu (28/9/2025).
Dadan juga melaporkan jumlah kejadian luar biasa (KLB) keracunan yang terjadi sepanjang pelaksanaan program. Pada periode 6 Januari-31 Juli 2025, terbentuk 2.391 SPPG dengan 24 kasus kejadian dan pada 1 Agustus-27 September 2025 bertambah 7.244 SPPG dengan 47 kasus kejadian.
“Data menunjukkan bahwa kasus banyak dialami oleh SPPG yang baru beroperasi karena SDM masih membutuhkan jam terbang,” ujarnya.
Dadan menjelaskan faktor lain yang memicu insiden tersebut ialah kualitas bahan baku dan kondisi air. Dia juga menyebut ada pelanggaran prosedur operasi standar (SOP) oleh dapur MBG.[]
Sumber detiknews





