Ini Sosok Wanita 33 tahun yang Obrak-abrik Infrastruktur Publik Amerika

by
Victoria Eduardovna Dubranova. Foto: Dok. U.S. Department of Justice

JAKARTA – Penanews.co.id – Otoritas hukum Amerika Serikat melalui Departemen Kehakiman resmi menjerat seorang perempuan asal Ukraina, Victoria Eduardovna Dubranova (33), atas dugaan keterlibatan dalam rangkaian serangan siber yang menyasar infrastruktur penting di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.

Dubranova yang juga dikenal dengan nama samaran “Vika”, “Tory”, dan “SovaSonya” diduga berperan dalam mendukung aktivitas dua kelompok peretas pro-Rusia, yakni NoName057(16) dan CyberArmyofRussia_Reborn (CARR). Kedua kelompok tersebut disebut memiliki keterkaitan erat dengan kepentingan negara Rusia.

Dilansir detiknet dari Hackread, berdasarkan dokumen pengadilan, Dubranova diekstradisi ke AS awal tahun ini dan kini menghadapi dua dakwaan terpisah. Kasus pertama menghubungkannya dengan aktivitas CARR, sementara dakwaan kedua menyasar perannya di NoName. Ia telah menyatakan tidak bersalah dan dijadwalkan menjalani persidangan pada 2026.

Kasus ini mencuat setelah aparat Prancis dan Spanyol menindak lebih dari 100 server terkait NoName057(16) pada Juli 2025. Meski operasi tersebut menargetkan kelompok yang sama, otoritas AS tidak mengonfirmasi apakah penggerebekan itu terkait langsung dengan Dubranova.

Otoritas AS menekankan bahwa serangan yang diduga melibatkan Dubranova bukanlah aksi peretasan acak atau bermotif finansial. Serangan-serangan itu menyasar layanan publik yang berpotensi menimbulkan dampak luas, termasuk sistem air minum, rantai pasokan makanan, hingga fasilitas pemerintahan.

CARR, misalnya, mengklaim bertanggung jawab atas peretasan sistem air di sejumlah negara bagian AS yang menyebabkan tumpahan besar dan gangguan layanan. Kelompok yang sama juga mengaku menyerang pabrik pengolahan daging di Los Angeles, yang berujung pada kerusakan ribuan kilogram produk dan kebocoran amonia.

Sementara itu, NoName memanfaatkan alat DDoS buatan sendiri bernama DDoSia untuk melumpuhkan situs-situs pemerintah di negara Barat. Mereka merekrut relawan global, memberi imbalan kripto, dan membuat sistem peringkat sebagai pendorong partisipasi. Infrastruktur operasi mereka disebut berjalan melalui CISM, sebuah kelompok IT yang berada di bawah perintah presiden Rusia sejak 2018.

DoJ dalam pernyataan resminya juga menyebut adanya keterlibatan langsung entitas pemerintah Rusia. Dalam dakwaan CARR, penyidik mengidentifikasi seorang perwira GRU (badan intelijen terbesar Rusia) yang memberikan arahan target serangan serta membayar akses ke layanan kriminal. Kelompok itu disebut sempat memiliki lebih dari 100 anggota aktif dan komunitas online yang jumlahnya mencapai puluhan ribu.

Pemerintah AS pun menawarkan imbalan hingga USD 2 juta untuk siapa pun yang bisa memberikan informasi soal anggota CARR, terutama tiga individu: Yuliya Pankratova, Denis Degtyarenko, dan juga figur dengan alias “Cyber_1ce_Killer”, yang disebut memiliki keterkaitan dengan perwira GRU.

Kasus Dubranova menegaskan pola baru: di tengah konflik geopolitik Rusia–Ukraina, jaringan kriminal siber justru bergerak lintas batas, mengaburkan garis antara perang, kriminalitas, dan operasi intelijen modern.[]

ya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *