Jangan Seperti Muslim Musiman

by

Oleh Juhaimi Bakri

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang yang sudah dia pintal dengan kuat lalu menjadi cerai-berai kembali” (QS. An-Nahl : 92)

Tanpa terasa Ramadhan 1446 H hampir berpamitan dengan kita. Bulan disebut yang juga disebut “syahrun ‘adhiimun mubaarakun”, bulan agung, bulan yang penuh keberkahan. Ramadhan juga disebut bulan taqwa, bulan Mujahadah, bulan Rahmat, dan bulan Maghfirah.

Dengan berakhirnya bulan Ramadhan berarti berakhir pula satu kesempatan mulia dalam kehidupan kita sebagai mukmin yang kita sendiri tidak akan pernah tahu apakah masih bisa membersamai dengan Ramadhan tahun berikutnya.

Kekhawatiran tersebut sudah selayaknya muncul dalam benak kita sebagai mukmin, apakah Allah Swt telah menerima amal-amal kita yang kadang masih sedikit dan bahkan jauh dari kesempurnaan?. Apakah kita akan tetap istiqamah menjalankan ibadah setelah ramadhan berlalu?.

Betapa agungnya-nya Ramadhan dan betapa besar karunia Allah kepada hamba-Nya dengan memudahkan kita berbuat kebaikan, menjauhkan diri dari kemaksiatan, serta atas kuasa-Nya mampu meminimalisir gangguan setan. Dalam sebuah hadits riawayat Muslim, Rasulullah Saw bersabda yang artinya, “Apabila datang bulan ramadhan, dibukalah pintu-pintu jannah, ditutuplah pintu-pintu naar dan dibelenggulah para syetan” (HR. Muslim)

Berkaca dari pengalaman yang ada, biasanya setelah Ramadhan berlalu banyak hal yang berubah. Masjid, Meunasah selama Ramadhan nampak makmur dan sumringah tiba-tiba menjadi sepi, shalat lima waktu jamaahnya mulai menyusut, kajian-kajian keislaman mulai redup tak lagi berseri. Suatu keadaan yang sangat memprihatikan. Lebih miris lagi jika beredar informasi bahwa warung dan kedai yang selama ramadhan sepi pengunjung kembali ramai dihadiri penikmat, penuh sesak manusia. Akankah kita begitu mudah terhanyut dalam kelalaian demi kelalaian tersebut?

Sebagai orang yang senantiasa berusaha istiqamah dalam menjaga keimanan tentu tidak ingin terbuai dengan mengikuti langkah orang-orang yang lalai. Kita perlu menyadari bahwa indikator kesuksesan seorang muslim di bulan Ramadhan tidak hanya ditentukan oleh amal sesaat selama ramadhan, tetapi jauh dilihat dari bagaimana kita mampu merawat utuh amal amal Ramadhan di bulan-bulan berikutnya.

Baca Juga:  Kisah Sulaiman bin Yasar, Tabi'in yang Lari dari Zina

Dalam sebuah nasehat yang penuh makna Imam Bisyr bin al-Harits alHafi sebagaimana dinukil oleh imam Ibnu Rajab alHambali dalam Kitab Lathâiful ma’ârif, berkata:

“Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya Rabbaniyyun (orang shalih yang sejati) adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.”

Oleh sebab itu, agar kita terhindar dari Muslim Musiman seperti maksud ungkapan diatas, maka kita harus istiqamah menjaga nilai-nilai Ramadhan meskipun Ramadhan sudah berlalu. Caranya ada beberapa amalan yang dapat kita laksanakan pasca luar Ramadhan, antara lain :

1. Puasa enam hari di Bulan Syawal, sebagaimana sabda Nabi Saw; “Barangsiapa berpuasa penuh di bulan ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan syawwal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun” (HR. Muslim).

2. Melaksanakan Qiyamul-lail, sebagai kebiasaan calon penghuni jannah, firman Allah, “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam” (QS. Adz-Dzariyaat: 17).

3. Membiasakan puasa sunnah; senin-kamis, tiga hari tiap bulan (shaum ayyamul bidh),

4. Menunaikan zakat, infaq dan memperbanyak shadaqah’

5. Menghidupkan pengajian dan majelis-majelis ilmu,

6. Memakmurkan masjid dengan shalat lima waktu berjamaah

7. Membiasakan membaca Al-Quran sebagai kebiasaan amalan orang orang shaleh,

8. Memperbanyak silaturahim dengan kerabat dekat maupun kerabat yang jauh,

9. Memperbanyak doa, dzikir, istighfar, dan shalawat atas Nab Saw,

10. Menjauhi segala bentuk dosa, perbuatan maksiat, dan pelanggaran terhadap syariat Islam

Jika kita istiqamah di atas jalan Iman Islam, niscaya kita tetap terjaga sebagai Hamba Allah yang taat. Dengan demikian kita akan terhindar dari ungkapan predikat “Muslim Musiman”.

Nasrum Minallah Wafathun Qarib, wabassyiril mukminin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.