LHOKSUKON — Penanewws.co.id — Hampir semua pasar tradisional di Kabupaten Aceh Utara terlihat amburadul dan sampah berserakan, tidak tertata rapi. Selain itu tidak jelasnya soal retribusi pelataran pasar.
Ketua Gerakan Rakyat Aceh Membangun (GRAM), Azhar dalam keterangan tertulisnya pada media ini, mengungkapkan Disperindagkop dan UKM Aceh Utara, dinilai gagal dalam pengelolaan pasar, baik dalam perencanaan yang sarat kepentingan maupun dalam menata pasar.
Banyak pasar baru yang dibangun tidak berfungsi dan terlantar, hal itu disebabkan pihak dinas khusus nya bidang pasar tidak serius dan becus dalam menangani persoalan pasar tradisional, bahkan ada beberapa pasar baru yang dibungun, tidak mampu difungsikan, ungkap Azhar.
Menurut Azhar, karena tidak becus dan serius terhadap pengelolaan pasar telah menyebabkan kondisi pasar di Aceh Utara sangat amburadull.
“Hampir semua pasar tradisional di Aceh Utara sangat amburadul, baik persoalan lapak pedagang, sampah maupun kebersihan, sehingga kondisi pasar sangat kumuh,” kata Azhar.
Salah satu contoh sebut Azhar, Pasar tradisional Kota Panton Labu, para pedagang kocar kacir. hal itu disebabkan pasar bersih yang dibangun 2 tahun yang lalu pedagang enggan ditempati.
“Sejak dari awal pedagang menolak lokasi pasar bersih yang jauh dari keramaian, akan tetapi pihak terkait memaksakan ke lokasi milik salah satu pengusaha, sehingga pedagang tidak bersedia tempati, sebut Azhar.
Karena pedagang ogah pindah ke pasar bersih, hampir semua pedagang ikan dan sayur lebih memilih sewa lapak milik TNI, sebagian lagi berjualan di badan jalan.
“Berapa banyak kehilangan omset PAD, karena pedagang menolak pindah ke pasar milik pemerintah,” cetus Azhar
Sementara Kabid Pasar Disperindagkop Aceh Utara, saat dikonfirmasi senin (30/9) terkait sorotan dalam pengelolaan pasar yang carut marut belum memberikan tanggapan, hingga berita ditayangkan.
