BANDA ACEH — Penanews.co.id — Massa aksi dari berbagai kampus di Banda Aceh menggelar demonstrasi besar-besaran di gedung DPR Aceh, pada Jumat (20/08/2024) sore, Para demonstran, yang sebagian besar merupakan mahasiswa dari UIN Ar-Raniry dan Universitas Syiah Kuala (USK),
Dari pantauan Penanews.co.id, Mereka memulai aksi mereka dengan berkumpul di luar pagar gedung legislatif itu di Jalan Teuku Daud Beureueh. Aksi ini dimulai sebagai kelompok kecil, namun segera berkembang menjadi massa yang lebih besar setelah mahasiswa dari kampus-kampus lain turut bergabung.
Para pengunjuk rasa menggelar aksi dengan membawa berbagai spanduk dan poster. Spanduk-spanduk tersebut berisi pesan yang kuat dan tegas, seperti “rakyat kerja kena batas usia, buat anak penguasa revisi seenaknya”.
Pada poster lain terdapat pula tulisan-tulisan yang memprotes kebijakan politik dinasti, termasuk tagar #KawalPutusanMK, #TolakPolitikDinasti, dan #DinastiJokowi. Salah satu poster menegaskan bahwa “negara ini milik rakyat kawan, bukan milik bapakmu”, menggarisbawahi perasaan ketidakadilan yang dirasakan oleh para demonstran.
Tak lama setelah kedatangan massa dari kampus-kampus tersebut, situasi menjadi semakin tegang. Jalan dari arah Simpang Jambo Tape menuju Simpang Lima ditutup, dan para demonstran yang mengenakan almamater kampus masing-masing juga membawa bendera merah putih serta bendera dari berbagai organisasi. Teriakan-teriakan massa meminta agar gerbang gedung DPR Aceh dibuka semakin lantang terdengar.
Aksi massa semakin memanas ketika mereka mulai merobohkan pintu gerbang DPRA. Setelah berhasil masuk ke pekarangan gedung, para mahasiswa melanjutkan aksi mereka dengan orasi bergantian, meminta agar pintu masuk ke dalam gedung paripurna dibuka. Mereka bertekad untuk menyampaikan tuntutan mereka secara langsung kepada para wakil rakyat.
Ketegangan semakin meningkat ketika terjadi dorong-dorongan antara para demonstran dan polisi yang berjaga. Polisi yang awalnya berada di lokasi berusaha mengendalikan situasi, namun ketika keadaan semakin memanas, mereka digantikan dengan personel yang membawa tameng untuk mengatasi kericuhan.
Seorang orator terkemuka dalam aksi tersebut meneriakkan tuntutan utama mereka, yaitu mendesak KPU untuk melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.60/PUU-XXII/2024 dan No.70/PUU-XXII/2024. Selain itu, mereka juga menuntut agar DPR RI menghentikan pembahasan revisi RUU Pilkada yang mereka anggap kontroversial.
Meskipun situasi semakin tegang, para mahasiswa tetap bertahan di gedung DPR Aceh hingga pukul 18.30 WIB. Mereka terus menyuarakan tuntutan mereka dengan penuh semangat, berharap bahwa aksi mereka dapat mendorong perubahan yang mereka inginkan.
Keberanian dan keteguhan para mahasiswa dalam aksi ini menunjukkan betapa pentingnya mereka memperjuangkan hak-hak rakyat dan menentang kebijakan yang mereka anggap tidak adil. Aksi ini juga menegaskan peran penting mahasiswa dalam dinamika politik dan sosial di Indonesia.
Dengan kerumunan yang terus bertahan dan intensitas aksi yang terus meningkat, jelas bahwa para demonstran memiliki tekad yang kuat untuk melihat perubahan. Mereka berharap bahwa suara mereka akan didengar dan memberikan dampak yang signifikan dalam proses politik di tanah air.
Dalam situasi yang penuh ketegangan ini, perhatian publik dan media terhadap aksi ini semakin meningkat. Demonstrasi ini tidak hanya menjadi sorotan lokal, tetapi juga menarik perhatian nasional terkait isu politik dan keadilan sosial yang mereka angkat.
Aksi ini, dengan segala kerumitannya, mencerminkan semangat dan aspirasi generasi muda Indonesia yang berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak demokratis dan menegakkan keadilan sosial di negara mereka.[]