Media Asing Soroti Pemecatan Ketua Umum PBNU Gus Yahya Karena Pro-Israel

by
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf, | Foto TEMPO/Ihsan Reliubun

BANDA ACEH – Penanews.co.id – Perpecahan di tubuh organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama telah menjadi sorotan media Asing, Perpecahan ini diketahui dari beredarnya surat Pengurus Harian Syuriah yang mendesak Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), melepaskan jabatannya karena dianggap pro Israel.

Salah satu media asing yang menyoroti perpecahan di tubuh PBNU ini adalah media yang berkantor pusat di Singapura Channel News Asia (CNA) dengan artikelnya berjudul “Indonesia’s biggest Islamic group asks chief to resign over pro-Israeli speaker” (Kelompok Islam terbesar di Indonesia minta pemimpinnya mundur karena ketuanya pro-Israel)

CNA melaporkan Organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), telah meminta ketuanya untuk mengundurkan diri karena mengundang seorang ulama AS yang dikenal karena dukungannya terhadap Israel selama perang Gaza ke sebuah acara internal pada bulan Agustus, menurut risalah rapat yang ditinjau oleh Reuters.

Pimpinan NU, yang juga merupakan organisasi Islam terbesar di dunia dengan sekitar 100 juta anggota dan afiliasinya, telah memberi waktu tiga hari kepada Ketua Yahya Cholil Staquf untuk mengajukan pengunduran dirinya atau diberhentikan dari jabatannya, menurut risalah rapat pada hari Kamis (20 November).

NU menyebut undangan Staquf kepada seseorang yang “berafiliasi dengan jaringan Zionisme Internasional” untuk acara internal dan dugaan salah urus keuangan sebagai alasan pemecatannya.

Staquf, yang telah menjabat sebagai ketua NU sejak 2021, tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.

Pada hari Minggu, Staquf mengatakan dia ditunjuk untuk masa jabatan lima tahun dan tidak akan mengundurkan diri, seraya menambahkan bahwa para pemimpin yang mengadakan pertemuan tidak memiliki wewenang untuk memecatnya, menurut laporan media setempat.

Wakil Sekretaris Jenderal NU Najib Azca mengatakan kepada Reuters bahwa keputusan tersebut terkait dengan undangan Staquf kepada mantan pejabat dan ulama AS Peter Berkowitz untuk acara pelatihan pada bulan Agustus.

Staquf telah meminta maaf atas undangan tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah kekeliruan karena ia tidak memeriksa dengan cermat latar belakang Berkowitz, seraya menambahkan bahwa ia mengutuk “tindakan genosida brutal Israel di Gaza”.

Berkowitz sering menulis untuk mendukung kampanye Israel di Gaza, menurut situs webnya, termasuk sebuah artikel pada bulan September yang bertujuan untuk membantah tuduhan genosida terhadap Israel.

Berkowitz berbicara di seminar NU tentang sejarah pemikiran politik Barat pada bulan Agustus, situs webnya menunjukkan.

Berkowitz tidak segera menanggapi email yang meminta komentar yang diterimanya di luar jam kantor.

Indonesia, negara dengan mayoritas Muslim di dunia, secara rutin mengutuk tindakan Israel di daerah kantong Palestina di Gaza sejak perang pecah pada tahun 2023. 

Negara ini telah lama menganjurkan solusi dua negara dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.[]

ya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *