Melempar Jumrah: Tata Cara, Sunnah-sunnahnya dan Hikmahnya

by
by
Ilustrasi lempar jumrah. Umat Muslim melakukan lempar jumrah dengan penerapan protokol kesehatan di Jembatan Jamarat, dalam rangkaian ibadah haji di Mina, Arab Saudi, Jumat (31/7/2020). Pelaksanaan haji yang istimewa tahun ini di tengah pandemi Covid-19 hanya diikuti sekitar 1.000 jemaah, dengan protokol kesehatan yang ketat.| Foto AFP/HANDOUT/SPA

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima dan termasuk ibadah yang sangat istimewa karena hanya diwajibkan bagi umat Islam yang mampu secara fisik, finansial, dan aman perjalanannya.

Di dalam ibadah haji terdapat beberapa hukum yang menyertainya, seperti syarat dan rukun haji. Salah satu rukun yang tidak boleh ditinggalkan adalah melempar jumrah.  

Melempar jumrah merupakan salah satu rukun atau wajib haji yang dilakukan oleh jamaah haji di Mina. Ibadah ini melambangkan penolakan terhadap godaan setan dan mengikuti jejak Nabi Ibrahim as ketika beliau mengusir setan dengan melempar batu.  

Tata cara

Melempar Jamrah adalah melontar batu kerikil ke arah jamrah Sughra, Wustha dan Kubra dengan niat mengenai objek jamrah (marma) dan kerikil masuk ke dalam lubang marma.

Hukum melempar jamrah sendiri adalah wajib. Dengan artian, bila ditinggalkan maka berkewajiban membayar dam atau fidyah.    

Lontaran jamrah terdiri dari dua lontaran, yaitu melontar jamrah aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah dan lontaran jamrah di hari tasyrik pada tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah. Masing-masing lontaran menggunakan batu kerikil sebanyak 7 kali.      

Kesunnahan

Syekh Sa’id bin Muhammad Ba’ali (w. 1270 H) dalam kitab Busyral Karim menyebutkan beberapa kesunahan dalam melontar jamrah sebagai berikut:   Melempar jamrah dengan tangan kanan. Melempar jamrah dengan posisi menghadap kiblat pada lemparan hari Tasyriq. Mengangkat tangan sampai terlihat ketiak bagi jamaah laki-laki. Melempar dengan cepat-cepat. Menggunakan batu yang suci.  

  وسننه كثيرة، فمنها: الموالاة، وأن يكون باليد اليمني، ويرفعها الذكر حتى يرى بياض إبطها، ويستقبل القبلة حال الرمي في أيام التشريق وكونه بحصى طاهر    

Baca Juga:  Cara Setan Mengusik Iman

Artinya: Kesunahan melontar jamrah ada banyak, diantaranya: cepat-cepat, menggunakan tangan kanan, mengangkat tangan bagi laki-laki sampai ketiaknya terlihat, menghadap kiblat pada melontar jamrah di hari tasyriq, menggunakan batu yang suci (Sa’id bin Muhammad Ba’ali, Busyrol Karim, [Surabaya: Toko Kitab al-Hidayah, tanpa tahun], halaman 107). 

Sementara itu, bagi jamaah perempuan dianjurkan tidak mengangkat tangan saat melontar jamrah. Namun, Imam al-Adzra’i mengatakan hukumnya sunnah bagi jamaah perempuan untuk mengangkat tangan asalkan tidak ada orang atau ditemani oleh suami dan mahramnya. 

   وَالسُّنَّةُ لِلْمَرْأَةِ أَنْ لَا تَرْفَعَ يَدَهَا إلَخْ ) قَالَ الْأَذْرَعِيُّ وَيُسْتَحَبُّ لَهَا الرَّفْعُ التَّامُّ إذَا لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ أَحَدٌ أَوْ كَانَ زَوْجٌ أَوْ مَحَارِمُ فَقَطْ

Artinya: Yang sunnah bagi perempuan tidak mengangkat tangannya. Imam al-Adzra’i berkata dan disunnahkan bagi perempuan mengangkat tangan dengan sempurna jika di tempat tersebut tidak ada orang atau ditemani suami atau mahram (Zakariya al-Anshari, Asnal Mathalib, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 2013], juz 3, halaman 230).  

Di samping kesunahan di atas, Syekh Khatib as-Syarbini dalam kitabnya menyebutkan bahwa jamaah haji juga dianjurkan mengucapkan takbir setiap kali melempar jamrah. Hal ini dilakukan sebagai pengganti dari bacaan talbiyah. Berikut bacaan takbir yang dimaksud:    

 اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْـحَمْدُ

Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.    

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi-Nya (Syekh Khatib as-Syarbini, Mughnil Muhtaj, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah], Juz 2, halaman 268).  

Baca Juga:  Ini Lokasi Pemondokan Jemaah Haji Aceh Selama di Makkah
Hikmah

Melontar jamrah merupakan simbol perlawanan kepada unsur-unsur kejahatan, sifat-sifat syaithaniyah yang bersemayam dalam diri manusia. Melontar jamrah juga mengingatkan jamaah haji bahwa setan senantiasa berusaha menghalangi manusia berbuat kebaikan. Melontar jamrah adalah simbol perjuangan melawan segala godaan setan. Lemparan sebanyak tujuh kali mengisyaratkan perlawanan kepada sehat dan unsur-unsur kejahatan harus dilakukan dengan ulet dan sekuat tenaga.    

Melempar Jamrah tidak hanya sekedar melempar, melainkan suatu ritual yang mengandung banyak makna dan hikmah di dalamnya. Agar mencapai kesempurnaan dalam pelaksanaan ibadah haji, alangkah baik bila memperhatikan hal-hal yang disunahkan, termasuk tata cara melempar jamrah yang baik dan benar.      

Demikianlah penjelasan yang dilansir dari NU Online tentang seputar melempar jumrah: tata cara, kesunnahanya dan hikmahnya. Semoga umat Muslim yang akan menjalankan ibadah haji, dipermudah oleh Allah swt, diterima segala amal hajinya dan menjadi haji yang mabrur.

================

Penulis: Yudi Prayoga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *