Menag; Amal Jariyahnya Media itu adalah Menciptakan Ketenangan dan Kedamaian

by

JAKARTA – Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa wartawan memiliki peran strategis dalam mempersatukan bangsa melalui pemberitaan yang baik dan bertanggung jawab.

Menurutnya, kontribusi media dalam menciptakan ketenangan dan kedamaian merupakan bentuk amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meskipun pelakunya telah meninggal dunia.

“Amal jariyahnya media itu adalah menciptakan ketenangan, kedamaian, balancing, karena kalau kita juga terlalu diam, kaku, gak ada dinamikanya, Indonesia gak maju, gak berkembang,” kata Nasaruddin dalam sebuah tausiyah di Jakarta, Jumat.

Nasaruddin menambahkan, profesi wartawan merupakan salah satu yang dimuliakan dalam Al Quran. Hal ini tercermin dari adanya surah An-Naba yang secara khusus membahas peran media.

“Saya kira gak ada profesi yang mendapatkan nama surah dalam Al Quran kecuali yang berkaitan dengan media ini, surah kewartawanan, An Naba. Dan kalau kita lihat juga di dalam Al Quran betapa pentingnya peranan media itu,” kata Nasaruddin.

Lebih lanjut, Nasaruddin mengingatkan pentingnya sikap kritis terhadap berita, terutama yang berasal dari sumber tidak terpercaya. Menurutnya, klarifikasi menjadi langkah penting untuk memastikan kebenaran suatu informasi.

Dia pun memberi contoh dari kisah Nabi Muhammad SAW yang melakukan klarifikasi terhadap kabar tentang dua orang konglomerat Yahudi yang hendak membangun sinagoge dekat Masjid Quba, Madinah.

Para sahabat Nabi, katanya, tidak senang, namun Nabi melalukan klarifikasi, kemudian mengetahui bahwa orang Yahudi tersebut memiliki tanah tempat sinagoge itu dibangun, dan pembangunan sinagoge adalah upaya mencontoh kesuksesan Nabi Muhammad SAW mendapatkan pengikut melalui masjid sebagai pusat pemberdayaan umat Islam.

Kemudian, kata Nasaruddin, pada waktu Zuhur, dua orang Yahudi tersebut mendengar potongan kalimat azan yang memanggil publik untuk menjemput keberuntungan. Ketika keduanya bertanya kepada Nabi, katanya, Nabi menjelaskan bahwa di masjid, berbagai informasi tentang perdagangan domestik dan internasional dibagikan, sehingga orang yang tidak ke masjid melewatkan informasi berharga yang dapat membuka peluang keberuntungan tersebut.

Baca Juga:  DPR RI Bakal Upaya Paksa Panggil Menag Yaqut, Usai 2 Kali Mangkir

“Jadi orang yang tidak pergi ke masjid itu ketinggalan informasi kan gak ada handphone, ga ada TV pada waktu itu. Rugi orang kalau tidak pergi ke masjid,” kata Nasaruddin.

Setelah penjelasan dari Nabi Muhammad, katanya, kedua orang Yahudi tersebut menghentikan pembangunan sinagogenya, karena tujuan pembangunannya sama dengan tujuan keberadaan masjid, yakni meraih keberuntungan. Akhirnya orang Yahudi tersebut pun setuju untuk memperluas masjid saja, ujarnya, dan akhirnya menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW..

Jika Nabi Muhammad SAW tidak menyikapi berita tersebut secara kritis, ujarnya, maka hasilnya bisa sangat berbeda. Oleh karena itu, seperti kisah tersebut, katanya, peran media penting dalam menciptakan Indonesia yang stabil.

Sumber Antara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *