MENGENDALIKAN SYAHWAT

by
Ilustrasi

Oleh; Juhaimi Bakri

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih menurut Imam Nawawi.).

Ketika Allah Swt menciptakan manusia dengan disertai syahwat. tidaklah sia-sia, akan tetapi terkandung manfaat di dalamnya. Bahkah jika manusia tidak memiliki syahwat -makan-, misalnya, kemudian dia tidak makan, sehingga akan menyebabkan dirinya binasa. Demikian juga jika manusia tidak memiliki syahwat terhadap lawan jenis, maka keturunan dapat menjadi terputus.

Oleh karena itu, keberadaan syahwat pada manusia tidaklah tercela. Celaan itu tertuju ketika manusia melampaui batas-batas dalam memenuhi hasrat syahwat. Syahwat yang paling sulit dikendalikan adalah birahi kemaluan setiap orang dewasa yang normal pasti memiliki syahwat ini.

Saking beratnya mengendalikan syahwat ini sampai ada ulama yang mengatakan bahwa jika ada anak muda meninggal dunia karena menahan syahwat kepada lawan jenis dan tidak sampai melakukan perbuatan yang haram maka ia tergolong mati syahid. Al Qur’an mengambarkan Hasrat itu;

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Al Imran:14)

Contoh syahwat yang disebutkan dalam ayat tersebut di antaranya: wanita, anak-anak, harta, hewan ternak dan ladang. Syahwat seringkali dikonotasikan dengan perihal yang ber-aroma negatif, terutama tentang hasrat yang berlebihan. Padahal, Allah Swt telah menciptakan manusia dengan disertai syahwat dan iyu tidak akan sia-sia karena terdapat juga faedah dan manfaat di dalamnya.

Baca Juga:  4.502 calon haji Aceh lunasi biaya perjalanan pada tahap satu

Namun demikian, yang dibutuhkan manusia adalah strategi mengontrol birahi syahwat agar tidak berlaku liar dan gawat serta tidak berlebihan. Diantara strategi mengendalikan syahwat tersebut Imam Al-Ghazali (1058-1111) dalam kitab populernya Ihya ‘Ulumuddin menawarkan beberapa strategi untuk melemahkan nafsu syahwat.

1. Memutuskan ketergantungan. Ketika kita terpikat hati pada suatu benda yang condong akan menguatkan nafsu syahwat. Maka, sudah pasti, kita berupaya sekuat mungkin untuk memutuskan keterikatan itu. Misalnya, keterikatan kepada makanan diputus dengan berpuasa.

2. Syahwat ibarat api, maka padamkan. Sungguh syahwat itu ibarat api yang berkobar jika pandangan diarahkan pada hal-hal yang dapat memancing nafsu syahwat. Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan itu adalah salah satu panah beracun dari panah-panah iblis.

” Menjaga pandangan dari hal-hal tercela, menjaga telinga dari ucapan-ucapan kotor, menjegal langkah kaki dari tempat-tempat yang tidak pantas, menjaga pikiran dari bacaan-bacaan yang tidak bermanfaat, merupakan langkah-langkah memadamkan api nafsu syahwat.

3. Menata jalan yang halal. Kebutuhan jasmaniah bagi manusia adalah suatu tuntutan fitrah yang harus dipenuhi, baik makanan, pakaian, maupun pasangan. Keadaan itu dapat dipenuhi dengan menjaga diri sesuai dengan tuntunan syari’at yang kuat, yakni mencari jalan yang halal atas setiap kebutuhan hidup.

Inilah tiga jalan yang mampu melemahkan tentara nafsu syahwat. Memutus hasrat agar tak berlaku liar. Memadamkan geliat agar tak tercium rasa. Lalu menghias diri dengan sikap tawadhuk mencukupkan asa dengan yang tersediaTiga jalan ini akan lebih berarti dan lebih kuat jika dipenuhi dua jalan yang menggiringnya yaitu;

1. Terus Belajar. Karena ilmu adalah cahaya. Cahaya yangmenghilangkan kegelapan mengarah pada terangnya hati. Menjadikan sabar sebagai keutamaan bagi kehidupan di dunia dan akhirat, merupakan salah satu ilmu yang bermanfaat dan menguatkan agama. Dengan pengetahuan tentang sabar, seseorang menemukan makna dan hakikat suatu ujian hidup.

Baca Juga:  Lahir Sebulan sebelum Merdeka, Jemaah Asal Pegasing Aceh Tengah Meninggal di Mekah

2. Jalan mujahadah. Perlu membiasakan diri berperang melawan celah celah yang mengiring ke hawa nafsu secara berangsur-angsur, setahap demia setahap, hingga mendapatkan lezatnya iman kemenangan dari sebuah perang melawan syahwat.

Dengan demikian muncul keberanian dan kuatnya tekad ketika berjuang melawan hawa nafsu atau syahwa tersebut.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *