BANDA ACEH – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh mencatat total 566 kasus HIV hingga pertengahan Mei 2025. Peningkatan signifikan terjadi sejak 2021, dengan mayoritas penderita berasal dari luar kota dan didominasi oleh kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL).
Data Dinkes Banda Aceh menunjukkan lonjakan kasus dalam empat tahun terakhir: 84 kasus (2021), 88 kasus (2022), 140 kasus (2023), dan 149 kasus (2024). Hingga Mei 2025, angka tersebut melonjak menjadi 566.
Kenaikan ini seiring dengan upaya intensif skrining terhadap komunitas yang dicurigai memiliki risiko, yang dilakukan melalui pendekatan awal agar mereka memahami tujuan dari pemeriksaan tersebut.

Kepala Dinkes Banda Aceh, Lukman, menjelaskan, sekitar 200 penderita berusia 40 tahun ke atas, sedangkan sisanya berusia di atas 20 tahun.
“Kami juga mengidentifikasi bahwa dari 566 orang yang terinfeksi HIV, sekitar 200 di antaranya berusia 40 tahun, dan sebagian besar lainnya berada di atas 20 tahun. Langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan komunikasi secara pribadi kepada penderita, terkait langkah-langkah yang harus mereka jalani seumur hidup,” ujarnya, Minggu (18/5/2025).
Lukman menyebut, 82% penderita HIV di Banda Aceh merupakan warga luar kota yang bekerja di wilayah tersebut, “Bisa jadi Banda Aceh hanya sebagai daerah transit, tempat bekerja, atau memang tujuan untuk perawatan,” tambah
“Mayoritas penderita yang terdeteksi adalah pelaku hubungan seks lelaki dengan lelaki (LSL)”, lanjut Lukman.

Ia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk mencegah penularan, meski sebagian besar kasus berasal dari pendatang
Menurut Lukman penderita yang telah terdeteksi harus menjaga diri agar tidak menularkan virus kepada keturunan maupun lingkungan sekitar. Ia juga mengingatkan masyarakat Banda Aceh agar tetap waspada, meskipun sebagian besar kasus didominasi oleh warga luar kota.
Perawatan bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) juga telah terintegrasi secara nasional melalui sistem pelaporan internal. Data mereka akan diteruskan ke wilayah domisili masing-masing melalui aplikasi khusus, untuk ditindaklanjuti oleh fasilitas kesehatan di daerah asal.[]
Sumber rri.co.id
