Modus Penipuan Customer Service Palsu Kian Marak, Ternyata Begini Cara Mereka Jerat Korbannya

by
Ilustrasi seseorang tertipu customer service palsu. | Foto Fizkes/DepositPhotos.com

JAKARTA – Kejahatan siber terus berkembang dengan modus operandi yang semakin kreatif. Salah satu bentuk penipuan yang masih sering terjadi adalah praktik customer service palsu. Pelaku kerap memanfaatkan berbagai saluran komunikasi, seperti telepon, email, pesan singkat, hingga media sosial, untuk menjerat korbannya.

Para penipu ini biasanya mengaku sebagai perwakilan dari perusahaan terpercaya, seperti bank, platform e-commerce, atau penyedia layanan teknologi.

Dengan teknik social engineering, mereka berusaha meyakinkan korban bahwa terdapat masalah mendesak yang harus segera diselesaikan, seperti transaksi mencurigakan atau gangguan teknis. Situasi ini sengaja diciptakan untuk memicu kepanikan korban, sehingga tanpa sadar mereka terjebak dalam skema penipuan.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan tidak mudah terpancing oleh iming-iming atau tekanan dari pihak yang mengaku sebagai customer service.

Verifikasi ulang melalui saluran resmi perusahaan menjadi langkah penting untuk menghindari risiko menjadi korban kejahatan siber ini.

Nah, agar tidak terjerat modus penipuan customer service palsu, kamu wajib tahu bagaimana cara mereka menjalankan modus operandinya, ya!

1. Sebar Nomor Palsu di Internet

Modus yang sering dilakukan customer service palsu adalah oknum kerap menyebarkan nomor palsu di media sosial, forum online, atau bahkan di kolom komentar pada situs resmi. Nomor ini biasanya dipromosikan sebagai “jalur cepat” atau “bantuan langsung”.

2. Buat Akun Media Sosial Tiruan

Selain menyebarkan nomor palsu, oknum juga kerap membuat akun media sosial yang menyerupai akun resmi perusahaan. Akun-akun itu pun sering menggunakan nama dan logo perusahaan sehingga terlihat meyakinkan.

3. Menghubungi Secara Langsung

Dalam beberapa kasus, oknum justru yang lebih dulu menghubungi korban. Mereka biasanya mengaku sebagai perwakilan perusahaan yang ingin membantu menyelesaikan masalah atau memberikan promosi tertentu.

Baca Juga:  Pengusaha Hotel Teriak Usai Lembaga Ramai-ramai Batalkan Pesanan Hotel

4. Meminta Data Pribadi

Setelah membangun kepercayaan melalui kontak secara langsung, oknum pun mulai meminta data-data sensitif seperti nomor kartu kredit, PIN, kode OTP, atau bahkan login ke akun tertentu. Data ini kemudian digunakan untuk mencuri uang atau melakukan tindakan kejahatan lainnya.

Itulah modus operandi customer service palsu yang masih cukup marak sampai saat ini.

Sumber liputan6.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *