BANDA ACEH — PT Pembangunan Aceh (PEMA) tengah berupaya meyakinkan calon investor untuk menanamkan modal guna menghidupkan kembali pabrik Kertas Kraf Aceh (KKA) yang sudah lama terhenti. Proyek yang telah terbengkalai sejak 2007 ini direncanakan akan kembali beroperasi pada tahun 2025.
KKA, yang sebelumnya menjadi ikon ekonomi Aceh, berhenti beroperasi setelah kesulitan pasokan gas. Saat ini, pabrik tersebut sedang dalam proses lelang yang dikelola oleh Perusahaan Pengelola Aset Negara (PPA) dan berlokasi di Kabupaten Aceh Utara.
Direktur Komersial PT PEMA, Almer Hafis Sandy, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan studi kelayakan (feasibility study/FS) dan berkoordinasi dengan calon investor, termasuk perusahaan kertas kraf terkemuka di dunia, untuk mereaktivasi pabrik tersebut.
“Jika proyek ini sukses, tahun 2025 dapat menjadi tahun kebangkitan kembali KKA dan menyerap sekitar 13 juta meter kubik gas dari produksi di Aceh,” kata Almer dalam Diskusi bertajuk ‘Potensi Migas di Era Energi Terbarukan: Bagaimana Aceh Beradaptasi?’ yang digelar oleh Jurnalis Ekonomi Aceh (JEA) di Vesco Coffee, Banda Aceh, melansir bisnisia.id pada Selasa (10/12/2024).
Selain KKA, Perusahaan plat merah tersebut juga tengah fokus pada pengelolaan kawasan ekonomi khusus (KEK) Arun yang saat ini dikelola oleh PT Patriot Nusantara Aceh. KEK Arun ini dikelola oleh konsorsium PEMA, Pertamina, Pelindo, dan Pupuk Iskandar Muda sejak 2017.
Menurut Sandy, meskipun sejak 2017 PT Patriot hanya berperan sebagai administrator, rencana akselerasi akan dilakukan mulai 2025 untuk menyelesaikan permasalahan pengelolaan kawasan ini.
Sandy menambahkan bahwa Aceh memiliki potensi besar dalam industri hilir migas. “Salah satu proyek hilirisasi migas yang sedang kami jalankan adalah Kertas Kraf Aceh. Ini adalah salah satu tonggak sejarah bagi Aceh yang belum memiliki pabrik sejenis di Indonesia,” jelasnya.
Proyek ini, jika berhasil, akan membuka peluang baru bagi investasi di sektor energi dengan harga gas yang lebih kompetitif di wilayah Sumatera Utara.
Selain itu, PEMA juga tengah mengurus wilayah usaha untuk penyediaan tenaga listrik melalui anak usaha, Pema Daya, yang akan memanfaatkan gas dari Arun untuk mengaktifkan kembali gas turbin di kawasan tersebut.
“Proyek ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan KEK, tetapi juga dalam memanfaatkan potensi energi di Aceh untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal,” tambah Sandy.
PT PEMA yakin dapat membuka peluang baru bagi investasi di Aceh dan menarik lebih banyak perhatian investor, termasuk dari sektor industri.
Sandy menegaskan bahwa PEMA akan terus berkomitmen untuk memperkuat infrastruktur dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi, sehingga Aceh dapat menjadi destinasi investasi yang menarik di masa depan.