PBB Peringatkan Indonesia dalam Bahaya, ini Faktanya

by
Foto: Foto udara menujukkan perahu-perahu yang sandar saat kekeringan melanda sungai Amazon di kota Santarem, negara bagian Para, Brasil, Selasa (8/10/2024). | Foto REUTERS/Amanda Perobelli

JAKARTA — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan bahaya terkait dampak pemanasan global yang semakin buruk, khususnya untuk wilayah Asia, termasuk Indonesia. Peringatan ini disampaikan melalui laporan Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang bertajuk State of the Climate in Asia 2023.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa laju perubahan iklim utama, seperti suhu permukaan, pencairan gletser, dan kenaikan permukaan air laut, semakin meningkat di kawasan Asia.

WMO menyatakan bahwa Asia merupakan wilayah yang paling terdampak oleh masalah cuaca dan iklim, dengan laju pemanasan yang hampir dua kali lipat lebih cepat dibandingkan rata-rata global sejak periode 1961-1990.

Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menyampaikan, “Kesimpulan dari laporan ini sangat menyadarkan kita,” dalam keterangan yang diterima oleh CNBC Indonesia, Sabtu (8/2/2025).

Laporan WMO juga mencatat bahwa banyak negara di Asia mengalami tahun terpanas yang tercatat pada 2023. Di samping itu, kawasan ini juga dilanda berbagai fenomena cuaca ekstrem, mulai dari kekeringan, gelombang panas, hingga banjir dan badai.

Perubahan frekuensi iklim dan tingkat keparahan peristiwa itu, berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan yang terpenting, kehidupan manusia serta lingkungan tempat makhluk hidup tinggal.

Pada 2023, total 79 bencana yang terkait dengan bahaya hidrometeorologi dilaporkan di Asia, sebagaimana dilaporkan pula oleh Emergency Events Database. Dari jumlah tersebut, lebih dari 80% terkait dengan peristiwa banjir dan badai, dengan lebih dari 2.000 korban jiwa dan sembilan juta orang terkena dampak langsung.

Panas ekstrem juga menjadi laporan lain. Meskipun risiko kesehatan yang ditimbulkan semakin meningkat, penduduk Asia masih beruntung karena tidak ada kematian yang dilaporkan.

“Sekali lagi, di tahun 2023, negara-negara yang rentan terkena dampak yang tidak proporsional. Sebagai contoh, topan tropis Mocha, topan terkuat di Teluk Benggala dalam satu dekade terakhir, menghantam Bangladesh dan Myanmar,” jelas Sekretaris Eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik (ESCAP), Armida Salsiah Alisjahbana yang menjadi mitra dalam penyusunan laporan ini.

“Peringatan dini dan kesiapsiagaan yang lebih baik telah menyelamatkan ribuan nyawa,” ujarnya.

Baca Juga:  Perdana Menteri Thailand Ditelpon OTK, Minta Dikirim Uang

Sementara itu, dalam laporan yang sama juga dimuat bagaimana kenaikan permukaan laut dari Januari 1993 hingga Mei 2023. State of the Climate in Asia 2023 juga memberikan data indikasi kenaikan air laut yang meliputi wilayah Indonesia.

Tercatat, banyak area mengindikasikan Global Mean Sea Level (GMSL) di atas rata-rata global yakni 3,4 atau ± 0,33 mm per tahun. Indonesia sendiri berada di wilayah berwarna kuning yang mengindikasikan peringatan.

Sebelumnya, kajian proyeksi USAID di 2016), menyebutkan kenaikan air laut akan menenggelamkan 2.000 pulau kecil pada tahun 2050. Ini berarti terdapat 42 juta penduduk berisiko kehilangan tempat tinggalnya.[]

Sumber CNBC Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *