Pemerhati Budaya dan Seni : PKA 2023 Usai, Namun Tidak Bermakna

by

BANDA ACEH — Penanews.co.id — Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 tahun 2023 telah diselenggarakan, dan Ahad (12/11/2023) usai Ashar ditutup oleh Sekretaris Daerah Provinsi Aceh Bustami Hamzah.

Pada kesempatan tersebut, juga diumumkan Kabupaten Aceh Selatan sebagai juara pertama, Aceh Besar Juara kedua, Kabuoaten Bireun juara ketiga. Harapan I diraih Aceh Barat, Harapan II Aceh Utara dan Banda Aceh di posisi harapan ketiga.

Sementara Lomba Anjungan PKA ke-8, juara perama Aceh Selatan, juara kedua Aceh Besar dan juara ketiga Aceh Tengah dan Kota Sabang di peringkat empat serta Simeulu berada di peringkat lima lomba anjungan.

Malam harinya usai Isya, dilangsungkan Malam Apresiasi Penutupan PKA VIII, menampilkan sejumlah tarian dan Meusahoe Artis Aceh (berkumpul tampilnya artis Aceh ;red), yaitu Lea Amelia, Viza Maviza dan Safira Amalia, juga ditampilkan music perfoming bersama artis Nabila Taqiyyah.

Foto Pemerhati Budaya dan Seni, Hildaryanti

Pemerhati Budaya dan Seni,Hildaryanti menilai, Pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh tahun ini jauh menyimpang dari maksud penyelenggaraan PKA itu sendiri. Hal ini menurutnya, penyelenggara salah menyuguhkan materi pameran, yang harusnya benar benar budaya Aceh. “contohnya anjungan kabupaten kota yang kosong dan kurang materi pameran budaya, bahkan ada yang menyuguhkan orang berpakaian pocong dan kuntilanak, kan aneh”, sebut anak teater era 90an ini.

Foto

Harusnya, menurut Kepala Programa dan Produksi Siaran salah satu radio swasta ternama di Aceh, pada anjungan itu disediakan café atau tempat jualan makanan dan minuman khas daerah masing masing.”setiap anjungan, buka tempat makan dan minum khas daerahnya, jadi para pengunjung yang tidak hanya orang Aceh, bisa makan siang atau bahkan malam, makanan khas daerah itu, misalnya kuah pliek U cue. Ini yang ada anjungannya kosong melompong” sebut wanita yang berpakaian syar”I ini.

Penyiar senior ini mengakui sangat tepat penyelenggaraan berbagai jenis lomba budaya dan seni di Taman Budaya Aceh, namun yang sangat disayangkan adalah lokasi kuliner di lapangan Bilang Padang. “kita ketahui bahwa ke lokasi kuliner banyak anak milenial, anak sekolah atau remaja, e…yang disuguhkan disana adalah kuliner kekinian bahkan makanan minuman dari berbagai negara. Pengunjung itu kalau mau burger misalnya, ngapain ke acara PKA, dimana mana sekarang ada”. Jelas Hildaryanti seraya menanyakan, budaya kuliner apa yang kita ajarkan untuk geberasi muda pada hajatan PKA 2023 ini ?

“Belum lagi kita lihat pada arena bermain, kenapa tidak disuguhkan permainan tradisional dan dibuat kekinian, ini yang disuguhkan diantaanya tong setan, yang pada akhirnya pengunjung kecopetan.” sebut programmer dan presenter radio swasta ini, sambil menyebutkan, sepertinya pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tidak mengerti tupoksinya, terutama tentang penyelenggaraan PKA. “sangat disayangkan anggaran yang sangat besar untuk PKA, namun hasilnya tidak bermakna, jadi 4 tahun lalu kerjanya apa, enggak mikir ya atau enggak tau PKA itu apa.”imbuhnya.

Pemerhari Buadaya dan Seni, Hildaryanti juga menyayangkan pendapatan daerah kota Banda Aceh khususnya dari pendapatan perparkiran kenderaan yang tidak dikelola oleh Pemko Banda Aceh sehingga adanya parkir liar yang memberatkan pengunjung dari kabupaten kota, bahkan luar Aceh, yang harus membayar mencapai Rp.20.000,-/kenderaan roda empat. “kan kasihan masyarakat desa atau gampong dari berbagai kabupaten ke Banda Aceh menumpang mobil terbuka, dan parkirnya di pesta rakyat itu hingga mencapai dua puluh ribu, kasihankan.”sebutnya.

Presenter Syariat Islam Terbaik KPI Aceh Award tahun 2022 ini juga menyoroti pelaksanaan syariat Islam waktu PKA ke-8 berlangsung di negeri syarait ini.”contoh kecil, ya, wajibnya shalat tepat waktu, apa salahnya waktu azan berkumandang, semua stand, baik di Taman Budaya, Lapangan Blang Padang dan Taman Sulthanah ditutup sebentar, ya sekitar 20 menit untuk shalat. Jika tidak muat berjamaah, kan bisa dilakukan masing masing dipinggir jalan atau dalam stand bisa.” sebutnya seraya menekankan bahwa Islam dan Adat Budaya Aceh adalah lagei sifeut dengan zat yang tidak bisa dipisahkan.

Kedepan, menurut Pemerhati Budaya dan Seni, Hildaryanti, pemerintah harus menempatkan SDM pada lembaga daerah sesuai kemapuannya yang mengerti fungsi dan tugas lembaga itu, sehingga program pembangunan tercapai untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. (chliss)

Baca juga; Lima anggota Militer AS tewas dalam kecelakaan pesawat di Mediterania.

Baca juga; Kemenhub akan Kirim 308 Bus, Dukung Transportasi PON.

Baca juga; Pemerintah Aceh Raih Stand Terbaik Pada Road Show Bus KPK

Baca juga; IDF temukan terowongan dalam kamar tidur di Gaza.

Baca juga; PKA ke-8 ditutup, Aceh Selatan pertahankan Juara Umum.

Baca juga: PJ Bupati Aceh Barat Mahdi Efendi Apresiasi Panitia Pelaksana PKA-8.

Baca juga; Prancis akan buka rumah sakit terapung untuk warga Gaza di lepas Pantai Sinai akhir pekan ini 

Baca juga; Pejuang Hizbullah Lebanon kembali tembak rudal ke Israel, 1 terluka

BACA LEBIH BANYAK LAGI KLIK  DISINI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *