BANDA ACEH — Dinamika Pilkada Aceh terus menunjukkan peningkatan eskalasi politik. Hal ini semakin memanas setelah KIP menghentikan debat akibat adanya temuan alat bantu elektronik yang tidak diperbolehkan. Penghentian debat ini memicu reaksi dari pendukung pasangan calon (paslon) 01, yang menyerang KIP dan menuduh paslon 02 telah mengintervensi keputusan KIP.
Tuduhan ini tampaknya merupakan propaganda politik yang sengaja dirancang untuk memengaruhi masyarakat dan pemilih. Mereka berusaha menciptakan narasi bahwa paslon 01 didzalimi oleh KIP dan paslon 02.
Tuduhan bahwa paslon 02 mengintervensi KIP hanyalah propaganda murahan, mengingat fakta sebenarnya bahwa debat dihentikan karena adanya pelanggaran aturan terkait penggunaan alat elektronik.
Baca juga; Kampanye Akbar Mualem-Dek Fadh, Bukti Kuatnya Dukungan Rakyat Aceh
Propaganda ini digunakan oleh pendukung paslon 01 untuk membangun opini negatif bahwa paslon 02 tidak demokratis, bertindak semena-mena, dan tidak memiliki integritas. Bahkan, berbagai video yang beredar mencoba menyudutkan paslon 02 dengan menyebut mereka tidak berpendidikan. Ini jelas merupakan strategi politik yang dirancang untuk menyerang paslon 02.
Apalagi, berdasarkan survei LSI, elektabilitas dan popularitas paslon Mualem-Dek Fadh (02) mencapai 45 persen, sedangkan paslon 01 hanya 29 persen. Hal ini menunjukkan adanya kepanikan di kubu paslon 01, sehingga mereka terus memainkan propaganda politik untuk mencari simpati pemilih.
Baca juga; Seratusan Ribu Warga Banjiri Kampanye Akbar Mualem-Dek Fadh di Aceh Utara
Selain itu, terdapat narasi yang mencoba menggiring opini bahwa paslon 02 tidak didukung oleh Prabowo Subianto karena beliau saat ini menjabat sebagai presiden, yang harus bersikap netral dalam Pilkada.
Baca juga; Kejari Bireuen Hentikan Kasus Penadahan dengan Restoratif Justice
Namun, sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, tentu saja wajar jika Prabowo mendukung kadernya yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Tidak mungkin Ketua Umum partai tidak mendukung kadernya sendiri.
Ditulis oleh Akademisi Universitas Abulyatama Aceh Usman Lamreung