WASHINGTON — Penanews.co.id — Presiden AS Joe Biden mengatakan dia berharap bisa mencapai gencatan senjata “Senin depan” dalam perang Israel-Gaza.
Mengutip laopran BBC, Komentarnya muncul di tengah laporan mengenai beberapa kemajuan yang dicapai dalam negosiasi yang sedang berlangsung yang melibatkan perwakilan Israel dan Hamas di Qatar.
“Penasihat keamanan nasional saya memberi tahu saya bahwa kita sudah dekat,” kata Biden.
Israel melancarkan kampanye udara dan darat skala besar di Gaza setelah kelompok bersenjata Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di Israel selatan pada 7 Oktober.
Para penyerang juga menyandera 253 orang, beberapa di antaranya telah dibebaskan.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Jalur Gaza mengatakan setidaknya 29.782 orang telah terbunuh di wilayah tersebut sejak saat itu, termasuk 90 orang pada hari Minggu saja.
Presiden Biden, yang negaranya merupakan sekutu utama Israel, berbicara kepada wartawan di New York City tentang kemungkinan gencatan senjata.
“Kami sudah dekat,” katanya pada hari Senin. “Kita belum selesai. Harapan saya Senin depan kita sudah bisa melakukan gencatan senjata.”
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan sebelumnya bahwa “kemajuan” telah dicapai dalam negosiasi untuk membebaskan sandera Israel dalam beberapa hari terakhir, namun masih belum jelas apakah Hamas akan menerima kesepakatan terbaru yang diusulkan.
“Kami telah mencapai kemajuan dalam pembicaraan yang kami lakukan antara Mesir, Israel, Amerika Serikat dan Qatar,” kata juru bicara Matthew Miller.
Pekan lalu AS mendapat banyak kritik karena memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza. Sebaliknya, mereka mengusulkan resolusi gencatan senjata sementara, yang juga memperingatkan Israel untuk tidak menyerang kota Rafah di Gaza selatan.
Pemerintah Israel mengatakan pihaknya telah menerima rencana dari militernya untuk mengevakuasi warga sipil dari beberapa bagian Jalur Gaza menjelang operasi darat baru.
Israel berada di bawah tekanan internasional yang semakin besar untuk tidak melancarkan serangan semacam itu di kota tersebut, yang merupakan rumah bagi banyak pengungsi Palestina yang melarikan diri dari wilayah lain di Gaza.
Dalam perkembangan terpisah, Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) Mohammed Shtayyeh mengundurkan diri bersama dengan pemerintahannya, yang menguasai sebagian Tepi Barat yang diduduki.
Presiden Mahmoud Abbas menerima keputusannya, yang dapat membuka jalan bagi pemerintahan teknokratis.
Abbas berada di bawah tekanan dari AS untuk mereformasi PA sehingga dapat memerintah Gaza setelah perang Israel-Hamas berakhir.
Pekan lalu, Netanyahu menyampaikan visi mengenai wilayah tersebut tanpa menyebutkan peran apa pun dari Otoritas Palestina.[]
Baca juga; Wakili Pj Bupati, Asisten III Sekdakab Serahkan LKPJ Kepada Ketua DPRK Aceh Besar
Baca juga; Kondusif Jelang Pleno Suara Pemilu 2024 Kabupaten Aceh Besar
Baca juga; China desak AS ambil langkah capai gencatan senjata di Gaza
Baca juga; Hizbullah jatuhkan drone Hermes 450 Israel di Lebanon Selatan
Baca juga; Negara-negara Arab, Turki minta Pengadilan Iternasional nyatakan pendudukan Israel ilegal