BANDA ACEH — PT PLN (Persero) berhasil menuntaskan pemulihan jaringan transmisi 150 kV Pangkalan Brandan–Langsa sehingga sistem kelistrikan Aceh kembali terhubung dengan sistem besar Sumatra pada Rabu (17/12) sekitar pukul 13.30 WIB.
Keberhasilan ini menandai berakhirnya isolasi sistem kelistrikan Aceh dari jaringan interkoneksi Sumatera setelah 21 hari sebelumnya terputus akibat bencana banjir dan tanah longsor.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, jalur transmisi Pangkalan Brandan–Langsa merupakan tulang punggung penghubung sistem kelistrikan Sumatra dan Aceh, keberhasilan ini menjadi langkah penting untuk mengembalikan keandalan pasokan listrik Aceh pasca bencana.
“Tersambungnya kembali transmisi Pangkalan Brandan-Langsa adalah titik penting dalam pemulihan kelistrikan Aceh. Jalur ini menjadi backbone interkoneksi Sumatra-Aceh, sehingga pemulihannya membuka jalan bagi tahapan lanjutan pemulihan sistem secara menyeluruh,” ujar Darmawan di Aceh Tamiang pada dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (17/12/2025).
Pemulihan kembali interkoneksi dilakukan dengan mendirikan sejumlah tower darurat di beberapa titik jalur transmisi yang terdampak banjir dan longsor. Upaya ini memungkinkan jalur transmisi Pangkalan Brandan–Langsa kembali beroperasi secara aman.
Darmawan menjelaskan, pembangunan tower darurat tersebut dilakukan di tengah berbagai tantangan di lapangan, mulai dari keterbatasan akses menuju lokasi, hingga tingginya curah hujan
“Dalam prosesnya, pembangunan tower darurat ini dilakukan di tengah kondisi lapangan yang menantang, mulai dari akses lokasi yang terbatas, kontur medan yang labil pascabencana, hingga curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan genangan air dan lumpur yang ekstrem,” jelas Darmawan.
Ia menambahkan, setelah jaringan transmisi kembali tersambung, PLN melanjutkan proses pemulihan dengan mengoperasikan kembali pembangkit listrik, terutama PLTU Nagan Raya. Langkah ini membuat sistem kelistrikan di Aceh berangsur pulih dan kembali stabil.
Untuk pengoperasian yang optimal, dibutuhkan durasi sekitar 48 jam ke depan melalui proses pemanasan, sinkronisasi dengan sistem, serta pengujian kinerja. Tahapan ini menjadi prasyarat sebelum sistem dapat dibebani lebih lanjut agar aliran listrik tetap andal dan tidak memicu gangguan lanjutan.
“Pemulihan kelistrikan harus dilakukan berurutan. Setelah interkoneksi aman, kami masuk ke pengoperasian pembangkit agar pasokan yang dihasilkan benar-benar optimal dan dapat menopang sistem secara andal,” tegasnya.
Selanjutnya, pasokan listrik akan secara bertahap disalurkan ke jaringan distribusi melalui 20 unit gardu induk, 558 unit penyulang, dan 15.717 unit gardu distribusi yang melayani masyarakat di seluruh wilayah Aceh.
Untuk mendukung seluruh proses pemulihan, lebih dari 1.600 petugas PLN masih terus bersiaga hingga pemulihan listrik pascabencana di Aceh dapat dituntaskan.
Darmawan menjelaskan juga bahwa semangat masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana menjadi inspirasi para insan PLN yang bertugas.
“Kami belajar dari semangat dan perjuangan masyarakat Aceh yang tidak pernah padam untuk bangkit dari kondisi bencana ini. Maka tim PLN tidak pernah menyerah karena ini bukan hanya soal memulihkan pasokan listrik, namun ini adalah simbol api perjuangan rakyat Aceh,” ungkapnya.
Dirinya juga menjelaskan bahwa di sejumlah wilayah Aceh masih terdapat genangan lumpur dan air pascabencana, sehingga penormalan jaringan listrik dilakukan dengan kehati-hatian agar tidak membahayakan masyarakat.
Tidak hanya itu, Darmawan juga memohon maaf sekaligus memohon dukungan dari masyarakat Aceh dalam upaya memulihkan kelistrikan.
“Kami memahami betul ketidaknyamanan yang dirasakan masyarakat pascabencana. Atas kondisi ini, kami menyampaikan permohonan maaf. Kami memohon doa dan dukungan masyarakat Aceh agar seluruh tahapan pemulihan kelistrikan dapat diselesaikan dengan aman dan cepat,” tutup Darmawan.[]





