“Peunayong”, Kota Tua Jadi Kota Mati kata Pengamat Politik Dr. Usman Lamreung

by
by
Pengamat Kebijakan Publik Dr. Usman Lamreung

BANDA ACEH — Penanews.co.id — Revitalisasi Pekan Peunayong yang dicanangkan Pemerintah Kota Banda Aceh sepertinya menjadi produk gagal.

Pengamat Kebiijakan Publik, Dr. Usman Lamreung, kepada Penanews.co.id menyebutkan, pengalihan fungsi dari pasar Peunayong menjadi Kota Tua, pusat kuliner dan Taman Kota, masih hanya sebatas impian dan harapan.
“Peunayong saat ini menjadi kota mati. Kota Tua menjadi slogan dan program penataan pemko terlupakan, tidak selesai, terbengkalai dan jorok.”kata Direktur Lembaga Emerate Development Research kepada penanews.co.id, Sabtu (29/09)

Menurut Usman Lamreung, slogan kota tua hanya hasrat penguasa, tapi tak becus dilakukan penataan. “Padahal bila penataan Punayong benar-benar serius akan berdampak besar pada PAD daerah, bisa menjadi ikon kota Banda Aceh sebagai titik nol sejarah kota tua Banda Aceh.”sebut Civitas Akademika Unaya ini.

Menurut Doktor Olmu Politik ini, relokasi pasar dan penataan peunayong menjadi kota tua dan pusat kuliner adalah produk gagal dan menjadi kota mati.
“Dulu Peunayong didesain Belanda sebagai Chinezen Kamp (tenda) atau Pecinan. Peunayong dihuni warga Cina dari Suku Khe, Tio Chiu, Kong Hu, Hokkian dan etnis lainnya. Kawasan tersebut menjadi pusat perdagangan, cukup menonjol. Berdagang merupakan mata pencaharian utama suku Cina, yang umumnya tumbuh di lingkungan pusat bisnis.”jelas Usman Lamreung

“Pada masa kini Peunayong menjadi kota sepi, kotor dan hilangnya fakta sejarah masa lalu kota Banda Aceh.”pungkasnya.[]

Baca Juga:  Penghentian Debat Pilgub Aceh, Memunculkan Tuduhan Propaganda Politik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *