Ribuan Guru Histeris di DPRK Aceh Selatan, Guru Honor Anak Tiri Pemerintah

by -25 Views
by

“Tidak ada presiden, gubernur, bupati, DPR tanpa guru. Cobalah berfikir untuk guru,” 

TAPAKTUAN — Ribuan guru dari berbagai jenjang pendidikan di Aceh Selatan menggelar unjuk rasa di halaman gedung DPRK setempat pada Jumat (17/1/2025). Aksi ini dipicu oleh perasaan sedih dan frustasi yang mendalam dari para guru kontrak yang telah lama mengabdi, namun belum mendapatkan status sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Dengan penuh emosional, beberapa guru tampak menangis histeris saat menyampaikan keluhan mereka. “Tolong … tolong kami guru honorer ini, Pak Presiden! Angkat kami jadi PPPK. Kami bekerja sudah puluhan tahun, bahkan umur kami ada yang sudah lebih dari 50 tahun,” ujar seorang guru dengan terisak isak.

Tak hanya itu, peserta aksi lain juga mengungkapkan harapan mereka agar di sisa usia yang ada, mereka bisa mendapatkan status yang lebih jelas dan layak.

Mereka menyatakan bahwa banyak orang di luar sana yang telah sukses di berbagai profesi, seperti pejabat, polisi, atau TNI, dan mereka meyakini kesuksesan tersebut tidak terlepas dari jasa seorang guru.

“Semua yang sukses itu tidak terlepas dari jasa seorang guru. Kami hanya meminta sedikit penghargaan, untuk diangkat sebagai PPPK. Apa itu tidak bisa dipenuhi? Tolong kami, Bapak pimpinan!”.. seru seorang guru kontrak dengan linangan air mata kesedihan.

Aksi ini menggambarkan harapan besar para guru kontrak yang telah lama mengabdi namun masih terpinggirkan dalam sistem pendidikan. Mereka meminta perhatian serius dari pemerintah agar nasib mereka segera diperbaiki.

Sangat miris dari pengakuan salah seorang guru honorer dari SD Keumumu, Kecamatan Labuhanhaji Timur, Farida (48), mengaku sudah bekerja selama 20 tahun lebih. Selama bertugas, ungkapnya, tidak pernah menerima gaji bulanan secara resmi. “Hanya ada sedikit perhatian dari kepala sekolah. Kadang kami diberikan Rp 300 ribu, pernah juga Rp 200 ribu. Bahkan ada yang Rp 50 ribu per bulan,” ucap cekgu ini.

Mewakili rekan-rekannya yang memiliki nasib serupa, Farida, dengan penuh harapan memohon kepada Presiden Prabowo untuk mengangkat mereka menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) penuh waktu. “Jika bapak menuntut nilai yang tinggi dari kami, itu tidak mungkin. Skill kami terbatas disebabkan faktor umur yang sudah tua,” ungkap Farida dengan nada penuh kesedihan.

Baca Juga:  Aceh Barat diguyur Dana Insentif Rp 11, 93 M, Atas Capaian Kinerja Tahun 2024

Dengan emosi yang memuncak, Farida mengingatkan bahwa jasa seorang guru sangat besar, termasuk dalam melahirkan para pemimpin negara. “Tidak ada presiden jika tidak ada seorang guru,” kata Farida, sambil meneteskan air mata.

Farida berharap Presiden Prabowo segera memenuhi tuntutan para guru honorer untuk diangkat menjadi PPPK tanpa menunda-nunda lagi.

Dengan simbol kepasrahan, ia dan para guru lainnya mengangkat sepuluh jari di atas kepala sebagai tanda permohonan mereka.

Selain berorasi, para guru juga menyampaikan uneg-uneg mereka melalui tulisan yang tertulis di berbagai spanduk yang dibawa selama aksi.

“Guru Honorer Anak Tiri Pemerintah,” tulis guru honorer SD Panton Luas.

“Tidak ada presiden, gubernur, bupati, DPR tanpa guru. Cobalah berfikir untuk guru,” bunyi tulisan di spanduk lain.

Merespon aksi para guru kontrak, Ketua DPRK Aceh Selatan Resma Mishul Azwa mengatakan, bahwa mereka bisa memahami aspirasi yang disampaikan para honorer. Karena, kata dia, di antara bapak ibu semua ada juga saudara-saudara kami. 

Para guru tersebut, disebutnya, merupakan bagian dari masyarakat Aceh Selatan yang mana mereka yang sekarang duduk di DPRK dipilih oleh rakyat. Makanya, DPRK Aceh Selatan tetap memberikan support sekaligus ikut memperjuangkan para honorer semua, baik guru, tenaga teknis, maupun operator.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *