Rumah Sakit di Singapura Kewalahan Menghadapi Melonjaknya Pasangan Ingin Jalani IVF dan IB

by

BANDA ACEH – Rumah sakit di Singapura menghadapi lonjakan permintaan layanan bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) dari pasangan domestik maupun internasional.

Reputasi negara tersebut sebagai pusat medis global, khususnya di bidang teknologi reproduksi berbantu, menjadi daya tarik utama. Selain dikenal sebagai salah satu destinasi medis terbaik di dunia, terutama dalam bidang fertilitas dan teknologi reproduksi berbantu.

Fasilitas kesehatan Singapura dikenal mengadopsi teknologi canggih, didukung tenaga medis berpengalaman dan standar layanan internasional. Faktor ini menjadikannya destinasi prioritas bagi pasangan yang mengatasi masalah kesuburan, mulai dari IVF, inseminasi buatan, hingga terapi hormon.

Rumah sakit di Singapura pun mulai kewalahan menghadapi peningkatan jumlah pasangan yang ingin menjalani program hamil, terutama prosedur bayi tabung atau fertilisasi in vitro (IVF).

Lonjakan ini membuat beberapa rumah sakit harus menyesuaikan kapasitas dan layanan mereka untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Dikutip dari The Straits Times, sekitar 10.500 siklus perawatan teknologi reproduksi berbantuan atau assisted reproductive technology (ART) dilakukan di Singapura pada  2022, menurut data terbaru yang tersedia. Ini merupakan peningkatan sebesar 14 persen dari sekitar 9.200 siklus pada tahun 2020, dan lonjakan sebesar 81 persen dari sekitar 5.800 siklus pada tahun 2013, kata juru bicara Kementerian Kesehatan (MOH) Singapura.

Selain itu, menurut laporan dari beberapa rumah sakit besar, jumlah pasien yang menjalani prosedur IVF meningkat hingga 30 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Faktor utama yang mendorong peningkatan ini antara lain semakin tingginya usia pernikahan, gaya hidup modern yang memengaruhi tingkat kesuburan, serta kemajuan teknologi medis yang membuat lebih banyak pasangan percaya diri mencoba metode kehamilan berbantu.

Peningkatan permintaan layanan kesuburan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti semakin tingginya usia pernikahan, gaya hidup modern yang memengaruhi tingkat kesuburan, serta kemajuan teknologi medis yang membuat lebih banyak pasangan percaya diri mencoba metode kehamilan berbantu.

Selain itu, reputasi Singapura sebagai pusat medis berkualitas tinggi menarik banyak pasangan dari negara tetangga, termasuk Indonesia dan Malaysia, untuk mencari solusi atas masalah kesuburan mereka.

Baca Juga:  Kenali Dan Kendalikan Hipertensi, Sebelum Hipertensi Mengendalikan Kita

Fenomena ini menunjukkan bahwa semakin banyak pasangan yang sadar akan pentingnya penanganan medis dalam mewujudkan impian memiliki keturunan. Namun, di sisi lain, rumah sakit di Singapura kini menghadapi tantangan besar untuk terus memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Usia rata-rata pernikahan di Singapura

Usia rata-rata pernikahan pertama adalah 29,3 tahun untuk perempuan dan 30,7 tahun untuk pria pada 2022. Angka ini naik dari 28 tahun untuk perempuan dan 30,1 tahun untuk pria pada 2012, menurut data terbaru dari Statistik Pernikahan dan Perceraian 2022 yang diterbitkan oleh Departemen Statistik.

Selain itu, dikutip dari Bloomberg Technoz, data lain menunjukkan bahwa usia rata-rata pernikahan pertama untuk pengantin pria pada 2023 adalah 31 tahun, dan untuk pengantin perempuan adalah 29,5 tahun. Angka ini naik dari 30,2 tahun untuk pria dan 28,1 tahun untuk perempuan dibandingkan satu dekade sebelumnya.  

Sementara itu, dikutip dari Mount Elizabeth Fertility Centre, tercatat tingkat keberhasilan kehamilan yang tinggi, dengan 77 persen perempuan di bawah 30 tahun, 57 persen pada usia 30-39 tahun, dan 39 persen pada usia 40 tahun ke atas. Hal ini menjadi salah satu alasan kenapa IVF cukup masif dilakukan bagi pasangan yang hamil di usia 40 tahun ke atas. 

Tanggapan pemerintah Singapura

Menanggapi hal tersebut, menteri kesehatan Ong Ye Kung mengatakan Rumah Sakit Wanita dan Anak KK (KKH) dan Rumah Sakit Umum Singapura (SGH) berencana untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk perawatan ART secara progresif selama beberapa tahun ke depan. 

Prof. Wong dari NUH mengatakan kapasitas IVF-nya telah meningkat sekitar sepertiga setelah renovasi pada tahun 2022. Di antara hal-hal lain, renovasi tersebut meningkatkan kapasitas rumah sakit untuk menyimpan sel telur dan embrio beku.

Baca Juga:  Wajib tau, 5 Pemicu Penyakit Asam Urat pada Usia Muda

Rumah Sakit Universitas Nasional (NUH) merenovasi laboratorium IVF-nya pada tahun 2022 untuk meningkatkan kapasitasnya. Ketika rencana perluasan selesai, kapasitas ART di ketiga rumah sakit akan meningkat sekitar 20 persen.

Di SGH, Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi SGH, Associate Professor Yong Tze Tein, mengatakan bahwa kini masalah sulitnya hamil bagi para pasangan bukan menjadi hal yang tabu lagi bagi para masyarakat.

Adanya keinginan yang besar untuk memiliki keturunan membuat lebih banyak pasangan yang terbuka untuk datang mencari bantuan. Sementara sebagian besar pasien memiliki waktu tunggu rata-rata dua minggu untuk konsultasi pertama mereka dengan dokter, kata Prof Yong. 

SGH akan memindahkan Pusat Reproduksi Berbantuannya ke lokasi baru di dalam kompleks rumah sakit pada tahun 2027 sehingga dapat menampung lebih banyak ruang konsultasi, ruang operasi yang lebih besar, dan laboratorium yang dapat menampung lebih banyak inkubator.

Selain itu, di KKH mencatat peningkatan lebih dari 40 persen dalam kasus IVF antara tahun 2014 dan 2023. Dr. Liu Shuling dari KKH mengatakan bahwa laboratorium khusus IVF baru, yang akan memperluas kapasitas rumah sakit untuk kasus yang lebih terspesialisasi, seperti melakukan prosedur biopsi untuk pengujian genetik pra-implantasi dan pembekuan sel telur elektif, diharapkan akan siap pada 2024.

Sumber haibunda.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *