Sejumlah Wanita dan Pegiat UMKM di Banda Aceh Jadi Korban Kejahatan Phishing, Ratusan Juta Lenyap

by
Ilustrasi korban Phising | Foto Freepik

BANDA ACEH – Kejahatan siber ini semakin masif terjadi, menyasar siapa saja yang terjebak dalam percakapan telepon yang tampak meyakinkan namun berakhir dengan kehilangan uang yang cukup besar.

Dari kejahatan belakangan ini, sejumlah wanita, para janda, dan pekerja UMKM di Banda Aceh menjadi korban kejahatan dengan metode penipuan vishing atau phising suara.

Phising adalah upaya untuk memperoleh informasi data seseorang dengan teknik mengelabui si calon korban.

Phising sendiri merupakan jenis penipuan yang menggunakan suara sebagai alat untuk memanipulasi korban agar menyerahkan informasi pribadi atau akses ke perangkat mereka, yang kemudian bisa digunakan untuk membajak ponsel atau aplikasi mobile korban.

Data yang seringkali menjadi sasaran phising adalah data pribadi (nomor identitas KTP, nama, usia, alamat), data akun (username dan password), serta data finansial (informasi kartu kredit, nomor rekening).”

Dalam beberapa kasus, korban phising dipancing untuk mengklik link tertentu atau mengunduh file yang ternyata mengandung malware yang bisa tertanam di HP .

Seorang wanita di Banda Aceh, yang hanya ingin disebutkan dengan nama inisial E, mengungkapkan kepada beritamerdeka.net, bahwa dirinya sudah mentransfer uang hampir mencapai Rp 100 juta secara bertahap. “Saat itu memang saya kayak terhipnotis. Padahal kami tak pernah ketemu dan kenal, hanya lewat suara,” ungkapnya dengan nada kesal.

Selain E, ada juga seorang wanita lain, pegiat UMKM menjadi salah seorang korban. Uang sebesar Rp 90 juta, tapi barang yang dijanjikan tidak pernah sampai. “Ternyata mereka komplotan penipu lewat physing suara,” ungkap seorang wanita lainnya.

Karena itu, masyarakat mesti waspada dan berhati hati jika menerima telepon dari orang asing. Apalagi dengan orang yang sok kenal, padahal tak pernah kenal sama sekali.

Karena itu pula, paling tidak harus kenali dulu ciri khas Phising yang biasa dilakukan oleh para penjahat dan komplotan penipu.

Berikut tanda telepon atau kontak dari penipu yang harus diwaspadai:

Baca Juga:  USK Kembali Raih Akreditasi Unggul hingga 2030

1. Mengaku dari pemerintah atau perusahaan besar

Waspadai telepon dari orang yang mengaku mewakili lembaga pemerintah atau perusahaan besar. Penipu berperan sebagai orang yang mempunyai otoritas untuk mengintimidasi korban. Berhati-hatilah terhadap penelepon yang mengaku dari lembaga seperti FBI, atau perusahaan besar seperti Amazon, Apple, Microsoft, atau Netflix.

2. Menawarkan kesepakatan atau hadiah

Jangan percaya siapapun yang mengatakan Anda telah terpilih untuk mendapatkan sebuah hadiah. Jika Anda tidak mengikuti lotere atau mengikuti suatu program undian, kemungkinan besar itu adalah penipuan.

3. Tidak tahu nama Anda

Penelepon menggunakan sapaan yang umum tanpa menyebut nama orang yang dihubungi. Petugas resmi yang menelepon untuk meminta informasi atau meminta uang seharusnya tahu nama lawan bicara mereka.

4. Penipu mengklaim ada utang yang belum dibayar

Para pelaku penipuan menggunakan taktik intimidasi klasik dengan utang yang belum dibayar. Mereka lalu akan mengancam dengan denda atau hukuman penjara.

Jika ragu, tutup telepon dan hubungi perusahaan atau agensi secara langsung untuk mengetahui apakah ancaman tersebut dapat dipercaya.

5. Meminta informasi sensitif

Pelaku biasanya meminta data yang bersifat pribadi seperti nomor KTP atau nomor kartu kredit. Jangan pernah memberikan apa yang mereka minta untuk alasan apapun.

6. Perangkat terinfeksi malware

Korban akan diberi tahu bahwa perangkat yang digunakan telah terinfeksi malware atau virus. Jika Anda diberitahu hal ini selama panggilan telepon, jangan pernah menginstal perangkat lunak akses jarak jauh seperti AnyDesk atau TeamViewer.

7. Meminta informasi pribadi yang seharusnya sudah diketahui

Perusahaan asuransi yang menghubungi seharusnya sudah punya informasi soal nomor klaim. Begitu juga pihak sekolah seharusnya tahu nama anak dari orang tua yang mereka hubungi.

Baca Juga:  Pangdam IM : Semangat Hari Juang Infanteri ke-76, Perkuat Jiwa Korsa dan Kemangunggalan dengan Rakyat

Jangan tertipu oleh seseorang yang meminta Anda untuk “memverifikasi” informasi Anda.

8. Ada jeda saat menjawab telepon

Para penipu menggunakan teknologi panggilan otomatis yang baru menghubungkan korban dengan mereka saat Anda menjawab.

Metode yang digunakan hampir sama, hanya beda tipis. Tujuannya sama hanya untuk menguras rekening.[]

Sumber beritamerdeka.net

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *