Sempat Viral, Bupati Aceh Barat Pastikan SDN Paya Baro Tidak Ditutup

by
by
Fokus pada Pendidikan, Bupati Aceh Barat Pastikan SDN Paya Baro Tidak Ditutup | Foto Ist

MEULABOH — Penanews.co.id — Bupati Aceh Barat, Tarmizi, SP, MM bersama Wakil Bupati, Said Fadheil, SH melakukan kunjungan kerja ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Paya Baro di Kecamatan Meureubo, pada Sabtu (27/9/2025).

Dalam kunjungan tersebut, keduanya turut didampingi oleh Sekretaris Daerah, Ketua Majelis Pendidikan Daerah (MPD), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian, serta Camat Meureubo.

Setibanya di sekolah, Bupati dan rombongan langsung memasuki ruang-ruang kelas untuk menyapa para siswa dan berdialog dengan guru-guru yang sedang mengajar. Mereka juga meninjau kondisi bangunan sekolah serta berbagai fasilitas penunjang pendidikan yang ada di sana.

Tarmizi menjelaskan bahwa SDN Paya Baro sempat menjadi sorotan publik setelah muncul isu akan ditutup sehingga membuat sejumlah siswa menangis.

“Hari ini kita mengunjungi dan melihat langsung sekolahnya dan ternyata memang disini ruang kelas hanya tiga, untuk ruang belajar nya ada anam, siswanya semua 25 orang dan gurunya sembilan orang,” kata Tarmizi.

Untuk tahun ini kata Tarmizi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat sedang membangun toilet di SDN Paya Baro tersebut. Sehinga isu penutupan sekolah tersebut bertolak belakang dengan kondisi dilapangan terkait aktivitas pembangunan toilet yang saat ini sedang dikukan oleh pemerintah.

“Kita sedang fokus ke dunia pendidikan, kita ingin Aceh Barat maju dengan pendidikannya yang juga maju, ini berbicara masa depan. Untuk itu dengan Dinas Pendidikan dan MPD sedang membentuk Satgas,” katanya.

Tugas dari Satgas tersebut nantinya kata Tarmizi adalah memetakan penyebab siswa yang tidak sekolah di Aceh Barat jumlahnya mencapai 1000 orang lebih. Kemudian juga mencari tahu alasan kenapa ada sekolah yang tidak memiliki murid.

“Kalau berdasarkan hasil pemetaan dilapangan oleh Satgas nantinya ditemukan adanya sekolah yang memang tidak memiliki murid maka bisa jadi sekolah itu ditutup,” ujar Tarmizi.

Tapi semua itu kata Tarmizi dapat diketahui setelah Satgas tersebut bekerja dan melakukan pemetaan dilapangan, kajian, berkoordinasi dangan pemerintah pusat, setelah mendapat masukan, dan itu masih lama.

“Intinya hari ini Pemkab Aceh Barat ingin semua anak – anak mendapatkan akses pendidikan karena itu wajib untuk mereka.13tahun wajib sekolah itu sudah perintah, semua fasilitas pendidikan, sekolah dan kualitas guru juga harus bagus,” ujarnya.

“Permasalahan terkait pendidikan saat ini harus menjadi atensi dan tanggungjawab bersama semua pihak baik itu masyarakat, Keuchik maupun pemerintah daerah,” pungkas Tarmizi.

Sebelumnya diberitakan media ini Sekolah Dasar Negeri (SDN) Paya Baro di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, kini terancam ditutup dengan alasan kekurangan murid. Keputusan penutupan ini dikabarkan berasal dari kebijakan Dinas Pendidikan setempat.

Sebelumnya diberitakan media ini Sekolah Dasar Negeri (SDN) Paya Baro di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, yang berdiri puluhan tahun sejak sebelum Aceh Konflikkini terancam ditutup dengan alasan kekurangan murid. Keputusan penutupan ini dikabarkan berasal dari kebijakan Dinas Pendidikan setempat.

Setalah informasi bocor pada guru dan murid Suasana suasana sekolah mendadak mencekam, para siswa menangis histeris.

Salah satu guru, Iyusmidar Arif, tak kuasa membendung air mata saat menceritakan kondisi sekolahnya. Ia mengungkapkan bahwa SDN Paya Baro telah berdiri sejak lama, bahkan sebelum masa konflik di Aceh.

“Sekolah ini sudah berdiri sejak lama, bahkan sebelum konflik Aceh. Dari dulu selalu ada murid dan banyak yang sudah lulus dari sini. Kenapa sekarang malah mau ditutup, ini aneh,” ujarnya kepada Awak Media, Rabu (24/9/2025).

Saat ini, SDN Paya Baro memiliki total 24 siswa. Jumlah tersebut dinilai tidak memenuhi standar minimal berdasarkan ketentuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang mengharuskan setiap kelas memiliki setidaknya enam murid.

Namun, Iyusmidar menilai keputusan untuk menutup sekolah terlalu tergesa-gesa. Ia justru menyoroti adanya peningkatan jumlah murid baru di tahun ajaran ini, khususnya pada kelas I yang kini diisi oleh delapan siswa.

“Tahun ini justru jumlah siswa kelas I meningkat menjadi delapan orang. Ketika ada perubahan positif, pemerintah bukan memperbaiki tapi malah ingin menutup,” keluhnya.

Jika sekolah ini benar-benar ditutup, dampaknya akan sangat dirasakan oleh anak-anak di desa Paya Baro. Anak-anak Desa ini terancam putus sekolah. Pasalnya, jarak ke sekolah terdekat mencapai sekitar lima kilometer dengan kondisi jalan berbatu dan belum beraspal.

“Selama ini saja mereka harus jalan kaki, apalagi kalau ditambah jarak jauh. Ini bisa menambah angka putus sekolah,” tegasnya.

Kesulitan lain juga dirasakan saat pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Karena ketiadaan jaringan internet di SDN Paya Baro, siswa harus mengikuti ujian di sekolah lain yang lebih jauh. Hal ini menyulitkan orangtua yang harus mendampingi anak-anak mereka.

Keluhan dari para orangtua siswa, terutama saat anak-anak harus menumpang sekolah lain untuk mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).

“Ada orangtua bilang, baru dua hari ANBK saja sudah terasa capek, harus bolak-balik menunggu anak-anak selesai,” tutur Iyusmidar.

Situasi ini menimbulkan ironi. Di tengah gencarnya upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan akses pendidikan secara merata, justru sekolah-sekolah di daerah terpencil seperti SDN Paya Baro menghadapi ancaman ditutup.

Kebijakan ini berpotensi mempersempit ruang belajar bagi anak-anak dipedalaman yang selama ini sudah berjuang demi mendapatkan pendidikan layak.[]

ya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *