MEULABOH – Penanews.co.id — Penjabat Bupati Aceh Barat, Drs Mahdi Efendi, kembali menegaskan jika penampungan migran Rohingya di Meulaboh, sifatnya hanya sementara. Dan itu juga menyahuti permintaan dari pihak Pemerintah Aceh yang menghendaki penanganan sementara migran itu di Aceh Barat.
“Ini benar benar atas dasar kemanusiaan dan kedaruratan, selain itu pihak propinsi juga meminta agar migran rohingya ditampung sementara di Aceh Barat, sebelum digeser ke lokasi lain yang disepakati,” kata Mahdi Efendi, menanggapi adanya rangkaian penolakan warga terhadap kehadiran migran rohingya di Aceh Barat, Selasa (26/03/2024) malam.
Menurut Mahdi Efendi, sebagai sosok kepala daerah, tentu saja prioritas utamanya adalah melindungi dan mengayomi rakyatnya. Namun sekali lagi Mahdi menyatakan, penampungan etnis Rohingya itu semata mata atas dasar kemanusiaan serta juga hukum internasional.
Selain itu, dalam kesempatan pertama pihaknya telah berkoordinasi dengan organisasi yang konsern menangani pengungsi atau migran antarnegara, dalam hal ini IOM dan UNHCR. “Mereka telah hadir di Meulaboh, dan kini merekalah yang menangani logistik para migran Rohingya itu. Kita hanya memfasilitasi lokasi penampungan yang sifatnya juga sementara,” kata Mahdi.
Seperti diberitakan sebelumnya, kedatangan pengungsi atau migran Rohingya ke sejumlah daerah di Aceh terus berlangsung. Terakhir sebuah kapal yang membawa seratusan migran Rohingya karam dan tenggelam di perairan Kecamatan Samatiga Aceh Barat, Rabu (20/03/2024) lalu.
Enam orang berhasil didaratkan oleh boat nelayan. Belakangan para imigran yang dalam kondisi kritis dan telah berdiri puluhan jam di lambung kapal kayu mereka yang terbalik di tengah laut, didaratkan oleh Kapal Rescue Basarnas, yang mengevakuasi para migran yang telah menanti di atas lambung kapal terbalik itu ke pantai Aceh Barat.
Dari penuturan para pengungsi yang selamat, boat kayu yang mereka tumpangi memuat 142 orang, namun saat karam dan terbalik, hanya 75 orang yang selamat. Selebihnya dinyatakan hilang, dan sejauh ini baru 10 jasad meninggal dunia ditemukan di perairan Aceh Barat dan Aceh Jaya.
Para warga minoritas itu akhirny ditampung sementara di bangunan kosong milik Pemkab Aceh Barat di Gampong Beureughang Kecamatan Johan Pahlawan. “Bangunan dimaksud adalah bakal lokasi RSJ Meulaboh yang belum difungsikan dan jauh dari pemukiman penduduk, namun belakangan muncul protes bahkan diwarnai aksi pelemparan hingga kami memindahkan para pendatang itu ke Gedung PMI Aceh Barat di kawasan Desa Suak Nie Kecamatan Johan Pahlawan yang bangunan nya juga jauh dari lokasi pemukiman warga,” tutur Pj Bupati Mahdi.
Namun hanya berselang beberapa saat, kembali muncul protes dari warga, yang menghendaki pendatang dari Negara Myanmar itu dipindahkan. Akhirnya, petang tadi, para pengungsi itu dipindahkan ke komplek Kantor Bupati Aceh Barat.
Pj Bupati Aceh Barat kembali mengingatkan rakyatnya, jika penampungan itu sifatnya sementara, dan para pengungsi tersebut diisolasi secara ketat, hingga ditampung di lokasi yang jauh dari pemukiman warga. “Semata mata ini hanya soal kemanusiaan, dan pihak UNHCR serta IOM telah menyatakan siap menanggung logistik mereka,” tutur Mahdi yang terus berkoordinasi dengan lembaga migran PBB itu.
Terkait masalah penampungan migran di luar Aceh Barat, Pj Bupati Mahdi telah berkoordinasi dengan Kakanwil Kumham Aceh Meurah Budiman SH, Pj Bupati Pidie Wahyudi Adi Siswanto dan Pj Walikota Lhokseumawe A Hanan. “Alhamdulillah, kita mendapat respon positif dari Pj Walikota Lhokseumawe, dan sangat berkemungkinan para pengungsi itu dimobilisasi ke Lhokseumawe, karena masih tertampung di sana. Karena itu kami mohon masyarakat Aceh Barat untuk bersabar, berikan kesempatan kepada tim terpadu untuk bekerja.
“Sekali lagi, ini benar benar atas dasar kemanusiaan. Hati nurani yang bicara!” tegas Mahdi.[chliss]