Terus berada di puncak karier birokrasi hingga lima gubernur, membuat Alhudri kian jumawa. Personalitasnya kepada bawahan semakin garang.
KEPEMIMPINAN Alhudri di banyak tempat hampir diidentikkan dengan kisruh dan berbau otoritarianisme. Ambil dua contoh saja ketika dia memimpin Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh dan menjadi Pj Bupati Gayo Lues.
Seorang aktivis LSM Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) Aceh sempat menuding sosok ini sebagai biang pembuat gaduh. “Alhudri hanya bikin gaduh di Gayo Lues,” kata Tengku Samsir Ali kepada KBA.ONE, 30 Januari 2024, mengomentari gerahnya iklim politik di kota dingin itu.
Selama Alhudri memimpin Disdik, kejadiannya lebih-kurang sama. Pemberitaan media nyaris tak pernah sepi dari pergunjingan soal rendahnya mutu pendidikan meski pada saat yang sama ia terus mengimbanginya dengan branding oleh para buzzer. Puja puji yang nyaris tanpa kritik dari para pendengungnya semakin membius Alhudri.
Demo berjilid-jilid yang pernah mengerahkan para siswa dan tenaga kontrak juga menunjukkan betapa dia sangat ambisius mempertahankan kekuasaan. Untuk apa itu semua? Pasti bukan cuma bertujuan demi membangun kualitas pendidikan saja karena kecakapannya di bidang itu diragukan banyak pihak. Misishadow-nya diduga beririsan erat dengan mizan “laba rugi”!
Karena itulah, baik di Disdik maupun ketika sekarang menjadi pj bupati, isu-isu terkait pengelolaan proyek dan mutasi pejabat selalu mengiringi setiap langkah Alhudri. Bukan hanya untuk pejabat eselon. Konon, informasinya, rekrutmen tenaga kontrak pun jadi incarannya. Dari rekrutan ini, tercium aroma cuan juga.
Maka tidak heran kenapa Disdik merekrut tenaga kontrak atau pegawai honorer yang tidak punya relevansi dengan tugas pokok dan fungsi instansi tersebut. Seperti tahun lalu, mereka mengangkat lulusan kenotariatan, perpajakan, dan sejumlah jurusan yang aneh-aneh lainnya. Semua, diduga, sarat kepentingan pragmatis; bukan semata-mata untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Demikian pula untuk jabatan eselon. Dia tampak tak begitu mementingkan kapasitas SDM seperti yang dituntut oleh aturan meritokrasi, bahwa seorang pejabat harus memenuhi kualifikasi dan sebagainya. Lagi-lagi ini, bisa jadi, demi melajukan nafsu pretensi pribadi dan the gangster!
Bagaimana polanya? Dari berbagai kasus yang pernah terjadi, cara yang ditempuh memiliki modus operandi yang sama. Sasaran yang akan jadi target dibuat tidak nyaman lebih dulu, seperti dibongkar kasusnya dan diberitakan di media “persusuan”.
Kemudian, instansi terkait diminta untuk melakukan audit, bahkan melibatkan aparat penegak hukum (APH). Setelah si target ketakutan, baru diterapkan langkah jitu berikutnya. Calon “korban” diminta membuat surat pernyataan mengundurkan diri.
Dengan cara seperti itu, tak tampak ada gejolak bahkan terhindar dari delik apa pun. Semua proses mutasi atau pergantian terjadi karena si pejabat sudah menyatakan mengundurkan diri. Begitulah trik “patgulipat” nya.
Pola seperti itu diduga pernah terjadi pada beberapa kasus, seperti pengunduran diri kepala SMK Penerbangan dan SMA Unggul Seribu Bukit Gayo Lues. Direktur PDAM setempat juga mengalami hal yang sama. Dan teranyar, mundurnya Kepala Badan Kesbangpol Gayo Lues Muhammad Noh. Semua, dimunculkan kesan, seakan si “korban” membuat surat pengunduran diri atas kemauan sendiri sebelum dicopot.
Adegan demi adegan dibuat sesistematis mungkin, serapi mungkin, dengan menghitung setiap celah untuk mengantisipasi sekecil apa pun peluang gugatan. Termasuk dugaan merekayasa timing, timelineuntuk memahami korelasi temporal, dan sebagainya.
Sosok satu ini begitu watak beradegan. Tampil di mana-mana bak tokoh yang “bersahaja”. Bahkan, dia dikenal sebagai “danser” yang sukses sehingga bertahan di kursi empuk di segala era kepemimpinan. Tentu saja bukan karena kemampuan kinerja, tapi karena diduga kuat ia doyan melakukan “perjamuan” ke atasan.
Makanya tidak heran ketika pj gubernur tetap mempertahankan trah Reje Baluntara Kampung Toweren, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah, ini. Sebab, mantan camat yang disebut-sebut pernah jadi milisi ini sangat lihai bertukar peran. Boleh jadi, sekali waktu, dia lebih berkarakter bila diberi peran sebagai Robin Hood asli dari balik layar “teror” dan kesewenang-wenangan itu.***
Editorial KBA.ONE pukul 08:12 WIB, 17 Februari 2024
Baca juga; Peserta HPN Tanam Mangrove Bersama Menteri LHK di Muara Angke
Baca juga; Rudi Bunuh Balita Anak Pasangan Kumpul Kebonya – ini Alasannya
Baca juga; Heboh Kabar Caleg di Bengkulu Stres Kalah Pemilu 2024, Ini Faktanya
Baca juga; Alexei Navalny Tewas di Penjara, Istrinya Akan Seret Putin ke Pengadilan
Baca juga; Ini Penyebab Kematian Balita Surabaya yang Dianiaya Pasangan Kumpul Kebo Ibunya