KOTA JANTHO, Penanews.co.id— – Pemerintah Kabupaten Aceh Besar menyelenggarakan doa dan zikir bersama untuk mengenang peristiwa tragedi gempa dan tsunami Aceh yang telah memasuki tahun ke-21.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk mendoakan para korban gempa, tsunami, serta korban banjir dan longsor di seluruh Aceh. Acara berlangsung khidmat di Masjid Rahmatullah Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, pada hari Jumat (26/12/2025).
Doa bersama tersebut dihadiri oleh berbagai unsur pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat luas. Dalam kesempatan itu, Tausiah disampaikan oleh Tgk. H. Zulbahri Lhoong, yang mengajak seluruh jamaah untuk memperkuat keimanan serta meningkatkan amalan doa bagi saudara-saudara yang telah wafat akibat berbagai musibah.
Dalam ceramahnya, Tgk. Zulbahri menekankan bahwa umat Nabi Muhammad SAW adalah umat yang penuh kasih sayang, terutama terhadap mereka yang telah mendahului perjalanan hidup.
Ia menjelaskan bahwa doa dari orang yang masih hidup memiliki nilai sangat besar bagi ahli kubur. “Doa-doa tersebut menjadi sebab terampuninya dosa-dosa mereka. Para mayit sangat mengharapkan kiriman doa dari keluarga dan orang-orang yang masih hidup,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa setiap amal perbuatan anak di dunia akan dilaporkan oleh malaikat kepada orang tua mereka di alam kubur. Amal yang baik akan memberikan kebahagiaan bagi orang tua, sedangkan amal yang buruk akan membuat mereka merasa sedih dan mendatangkan doa agar anak-anaknya mendapatkan hidayah sebelum wafat.
Selanjutnya, Tgk. Zulbahri mengingatkan tentang kesulitan malam pertama di alam kubur. Menurutnya, malam tersebut merupakan saat yang paling berat bagi seorang mayit karena harus berada sendirian dalam kegelapan.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk membantu meringankan beban orang tua atau keluarga yang telah wafat dengan cara bersedekah, menggelar kenduri, atau sekurang-kurangnya melaksanakan salat dua rakaat dan menghadiahkan pahalanya. “Allah SWT akan mengutus malaikat-malaikat yang penuh rahmat untuk menemani mereka,” katanya.
Dalam tausiahnya, Tgk. Zulbahri juga menyampaikan berbagai amalan zikir yang diajarkan Nabi Muhammad SAW sebagai upaya untuk mendapatkan keselamatan dari azab kubur. Selain itu, ia mengingatkan tentang keutamaan “Ayat 1000 Dinar” yang dipercaya dapat memberikan perlindungan serta kemudahan dalam rezeki bagi orang yang mengamalkannya.
Terkait musibah, ia menegaskan bahwa orang yang wafat akibat tenggelam, tertimbun longsor, terkena wabah penyakit, serta berbagai bencana alam lainnya, termasuk dalam golongan yang memperoleh pahala syahid. “Bagi mereka yang menjadi syahid, Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa-dosanya,” jelasnya.
Tgk. Zulbahri juga mengangkat contoh keteladanan para sahabat Nabi dan tokoh-tokoh Islam terdahulu yang penuh pengorbanan, serta mengingatkan jamaah akan bahaya sifat kikir.
Menurutnya, harta yang paling bernilai adalah harta yang disedekahkan di jalan Allah. Ia mengutip contoh pengorbanan Siti Khadijah RA yang mengeluarkan seluruh hartanya untuk mendukung perjuangan Islam.
Sebagai penutup, Tgk. Zulbahri mengajak seluruh jamaah untuk senantiasa memperbanyak selawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. “Islam dapat berjaya berkat perjuangan mereka. Semoga kita semua termasuk umat yang akan mendapatkan syafaat Rasulullah SAW,” tutupnya.
Doa dan zikir bersama ini menjadi momentum untuk refleksi diri dan penguatan spiritual bagi masyarakat Aceh Besar, sekaligus sebagai wujud penghormatan dan doa tulus bagi para korban bencana yang telah mengorbankan nyawa dalam sejarah panjang Aceh.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Bupati Aceh Besar Drs. H. Syukri A. Jalil, Forkopimda Aceh Besar, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Dapil I Aceh Abdurrahman, Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Besar Bahrul Jamil S.Sos, M.Si, Ketua TP-PKK Aceh Besar Hj. Rita Mayasari beserta Wakil Ketua Hj. Nurul Fazli S.Ag, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Aceh Besar Nurbaiti.
Selanjutnya hadir juga para staf ahli, asisten, kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), camat, kepala bagian, Aparatur Sipil Negara (ASN), Forkopimcam Lhoknga, para imum mukim, keuchik, tokoh masyarakat, serta ribuan jamaah dari Lampuuk dan daerah sekitarnya.[]





