JAKARTA – Sebuah video pendek yang viral di media sosial memicu spekulasi setelah menangkap momen Presiden Prabowo Subianto tidak menjabat tangan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat acara pelepasan kunjungan kerjanya ke Singapura.
Kejadian itu terekam di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Minggu (15/6) sore, di tengah kerumunan pejabat tinggi negara, termasuk Wapres Gibran Rakabuming Raka dan sejumlah menteri. Saat bersalaman dengan para pejabat, Prabowo tiba-tiba menghentikan rangkaian sambutan saat sampai di depan Bahlil.
Alih-alih berjabat tangan seperti biasa, Presiden hanya mengangkat jari telunjuknya ke atas sambil berkata sesuatu yang tidak tertangkap kamera. Ekspresinya terlihat lebih tegas dibandingkan dengan sikapnya yang biasa ramah.
Beberapa netizen mengaitkan gestur itu dengan dinamika politik internal, sementara yang lain menilai Prabowo mungkin sedang menyampaikan instruksi khusus kepada Bahlil. Hingga kini, belum ada klarifikasi resmi dari pihak Istana atau Kementerian ESDM.
Akun X @jhonsitorus_19 termasuk yang pertama mengunggah momen tersebut, dan dalam hitungan jam, video itu menjadi perbincangan hangat. Apakah ini sekadar kesalahpahaman protokoler atau ada pesan tersembunyi di baliknya?
Dalam unggahannya, ia menulis, “Presiden Prabowo terlihat menolak salaman dengan Bahlil. Prabowo juga tak melihat wajah Gibran saat bersalaman. Presiden tampaknya mulai ga mau ABS lagi.”
Istilah “ABS” atau “asal bapak senang” dalam unggahan tersebut merujuk pada budaya penjilat dalam birokrasi, yang sering dikritik publik karena menghambat objektivitas dan transparansi pemerintahan.

Netizen pun ramai menanggapi dengan berbagai tafsir, mulai dari sindiran, kritik, hingga dukungan terhadap gestur Presiden. Akun @moh**** menulis, “Dari gesturenya, sepertinya blio bilang gini: Bahlil, kamu langsung ke atas saja temui Allah,” yang bernada sarkastik dan penuh penafsiran humor gelap.
Namun di sisi lain, muncul pula komentar bernuansa politis dan penuh tuntutan. Akun @sus**** menyatakan, “Bukan hal yg istimewa cuma menolak salaman, kalau stop tambang di Raja Ampat diberhentikan semua tanpa pengecualian baru pantas untuk dipuji. Suruh Jokowi tunjukkan ijazah aslinya, pecat Tito demi Aceh. Koruptor dihukum mati, tarik semua kekayaannya dan anak turunannya diasingkan.”
Komentar-komentar seperti ini menunjukkan bahwa publik tidak hanya menilai sikap Presiden dari simbol dan gestur, melainkan menuntut keberanian untuk menindaklanjuti dengan kebijakan yang tegas. Isu-isu seperti tambang, korupsi, dan kinerja menteri kini dikaitkan langsung dengan satu momen kecil: penolakan salaman.
Salah satu komentar yang juga menarik datang dari akun @ase**** yang menulis, “Presiden kesel tapi gak berani sama Mulyono,” seolah merujuk pada ketidakkonsistenan sikap terhadap tokoh-tokoh tertentu dalam lingkaran kekuasaan.
Sementara itu, akun @koh**** menyebut, “Cuma gak salaman doang gak berarti tegas lah! Tegas itu kalau dia berani COPOT dan PECAT semua menteri yg kerjanya ngaco, bikin gaduh, gak berkualitas, orangnya Jokowi! Itu baru TEGAS!!!”
Berbagai reaksi ini menunjukkan bahwa publik menanti aksi nyata dari Presiden dalam menyikapi kinerja para pembantunya. Sorotan khusus tertuju pada Kementerian ESDM, terutama menyusul berbagai polemik dalam pengelolaan sumber daya energi di Indonesia.
Isu reshuffle kabinet pun kembali ramai diperbincangkan. Banyak pihak menilai bahwa sinyal reshuffle terhadap Menteri ESDM sudah sangat kuat, terutama setelah munculnya berbagai kebijakan kontroversial serta sorotan publik terhadap proyek-proyek tambang yang dinilai merugikan lingkungan dan masyarakat lokal.
Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari Istana Negara mengenai maksud sebenarnya dari gestur Prabowo.[]
Disadur dari telisik.id
