JAKARTA – Veronica Tan mengungkapkan pengalamannya yang tak terduga saat menjabat sebagai Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Veronica menceritakan bahwa ia sempat mengalami stres pada dua minggu pertama menjabat sebagai Wamen PPPA.
Hal itu diungkap Veronika Tan dalam sebuah acara Talk Show bertajuk Perempuan Berdaya Bangsa Berdaya Menuju Indonesia Emas 2024, yang diselenggarakan olek Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),
Veronica mengungkapkan bahwa sebelum menjabat, ia memiliki pemikiran sederhana mengenai tugasnya. Ia mengira pekerjaan di kementerian tersebut hanya berkaitan dengan pemberdayaan perempuan.
Baca juga ; Bule Asal Belgia Lecehkan Istri Orang dengan Gagang Obeng di Gresik
Namun, kenyataan yang ia hadapi sangat berbeda. Setelah dua minggu menjabat, Veronica merasa stres karena pekerjaan yang ternyata lebih kompleks, dengan fokus utama pada laporan yang harus ditangani.
“Saya itu simple banget, saya pikir waktu masuk ke pemberdayaan perempuan pasti urusannya memberdayakan, mengajak stakeholder, ngajak NGO untuk bekerja sama melatih lagi nih,” kata Veronica menjawab pertanyaan pemandu acara diselenggarakan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), lansir detikNews.
Baca juga Empat Pasangan Nikah Siri Ditangkap Disebuah Hotel di Banda Aceh
“Nggak tahunya pas masuk dua minggu (menjabat), stres. Karena yang ada laporan,” ucap Veronica.
Veronica merinci laporan yang masuk antara lain soal kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelecehan seksual hingga perdagangan orang (TPPO). Belum lagi beberapa kasus besar yang melibatkan anak dan perempuan belakangan ini.
Baca juga 7 Pasangan Non-Muhrim Diamankan Satpol PP/WH di Beberapa Hotel di Banda Aceh
“Jadi kasus, laporan, pelecehan seksual, kekerasan anak, KDRT, pembunuhan, ada anak ditemukan meninggal, ada di Banyuwangi di Purworejo itu yang ibu menteri kunjungi untuk bertemu, bertatap muka awal-awal,” ujar Veronica merinci.
Tak Berani Speak Up
Selama dua bulan ini, Veronica mengaku memang tengah belanja masalah dan mengungkapkan penyebab perempuan dan anak kerap kali menjadi korban. “Jadi setelah kita menggali semua itu kami berpikir permasalahan kita sebenarnya apa sih? Itu karena perempuan-perempuan tidak berani speak up, perempuan tidak berani berbuat apapun, perempuan yang tidak teredukasi, punya anak jadi terbeban,” beber dia.
Baca juga Seorang Siswi SD di Gorontalo Dilecehkan 5 Teman Pria Sekelasnya
Keberadaan perempuan, dikatakan Veronica, kaum hawa tidak berani melawan tindakan kekerasan. Di saat yang bersamaan, anak juga terbebani dengan kondisi terdampak masalah kekerasan.
“Nah dari situ kami semua berpikir ujung tombak dari semua hal kenapa kita bisa begitu karena perempuan itu ekonominya nggak ada. Sehingga mereka itu harus bergantung, bergantung suamilah, atau apa,” jelas Veronica.
Baca juga Pegawai Kontrak Pemerintah Aceh Lecehkan Rekan Kerja Wanita, Dihukum Cambuk 40 kali
Menurutnya agar kaum perempuan tidak lagi menjadi korban kekerasan yakni harus ada pemberdayaan dari segi ekonomi. “Kalau ekonomi perempuan ada, berdaya dia mandiri sendiri saya yakin dia akan berani speak up, especially kalau kita sudah berdayakan perempuan kita nggak usah pusing sama anak sih,” imbuhnya.[]